Yuk Jajan! Bakso Beranak Pak Gareng yang Laris Manis di Pulau Tidung

Posted on

Wisata kuliner menjadi kegiatan wajib saat liburan. Bakso tentu jadi pilihan paling favorit di mana pun travelingnya.

Di sudut barat Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, Baso Putra Solo buka sejak ba’da maghrib hingga tengah malam. Kedai ini dimiliki oleh Pak Triono (44) atau yang biasa dipanggil Pak Gareng.

Usahanya ia jalankan sejak sekitar 20 tahun lalu, dari bakso gerobakan. Sewindu berlalu, Pak Gareng memutuskan untuk menjadi nasabah BRI. Punya usaha dan kemauan tinggi, Pak Gareng akhirnya mendapatkan pinjaman KUR (Kredit Usaha Rakyat) BRI pertama pada tahun 2022 dengan jumlah Rp 50 juta.

Modal tersebut ia gunakan untuk memperbesar usahanya. Kedai dengan kapasitas pembeli sampai 10 orang pun terwujud. Ia tak perlu lagi mendorong gerobak.

Pak Gareng membuat baksonya sendiri dengan daging sapi segar yang dibeli di pasar. Ini mengapa bakso Pak Gareng laku keras. Tekstur daging baksonya lembut, kuahnya gurih dan ringan, ada tambahan tetelan, mie putih dan kuning serta daun bawang.

Selain bakso biasa, Pak Gareng juga menyediakan bakso beranak. Ukuranya sebesar bola tenis, di dalamnya ada potongan gajih, dua bakso kecil di dalam bakso besar dan tambahan dua bakso kecil. Tak ketinggalan mie ayam dengan porsi sedang yang terdiri dari dua pilihan yamin atau biasa (berkuah). Ada pula bakso telor yang jadi favorit anak-anak.

Sambil kami menunggu, beberapa pelanggan lain datang. Satu per satu bangku diisi dan kedai bakso itu mulai sesak. Suasananya semakin malam semakin ramai.

Setelah mencicipi bakso dan mie ayamnya, saya tahu mengapa kedai ini selalu ramai. Rasa kuahnya ringan dan porsinya tidak berlebihan. Sangat cocok untuk santapan malam dengan ditemani embusan angin khas kepulauan.

“Rombongan wisatawan domestik juga sering mampir,” katanya sambil menyiapkan beberapa mangkok pesanan bakso.

Ia mengaku begitu terbantu dengan adanya pinjaman KUR BRI. Setelah pinjaman tahun 2022, Pak Gareng kembali meminjam dengan jumlah Rp 65 juta.

“Saya berterimakasih dengan dapat bantuan dari BRI, uangnya bisa dipakai buat modal. Daripada minjem ke orang, mending ke BRI. Alhamdulillah berkah,” ujarnya sambil senyum.

Pak Gareng tinggal sendiri di Pulau Tidung, sang istri menetap di Magetan, Jawa Timur. Setiap hari ia menjalankan usahanya sendiri tanpa karyawan. Kalau ramai, ia bisa mendapat Rp 800 ribu sampai Rp 1 jutaan. Namun tak selalu untung, ada masa ketika kedainya harus sepi.

“Kalau sepi yah, sekitar Rp 600 ribuan lah (omzetnya),” jawabnya tersipu.

Uang yang dipinjam dari BRI tak semuanya ia jadikan modal. Sebagian ditabung untuk kebutuhan lain. Ia mengaku sangat terbantu dan tak perlu segan saat menjalankan usahanya.

Harga bakso Pak Gareng juga sangat terjangkau. Wisatawan atau warga dikenakan harga yang sama, semangkok bakso seharga Rp 10 ribu, mie ayam Rp 12 ribu dan bakso beranak Rp 25 ribu.

Setiap hari kamis, Teras BRI Kapal ‘Bahtera Seva I’ melayani ke pulau ini. Kru kapal selalu mampir untuk makan malam di kedai Pak Gareng. Saking rindunya, tiap orang wajib pesan dua menu, mie ayam dan bakso.

Mantri BRI Redi (32) begitu mendukung usaha Pak Gareng. Ia yakin dengan adanya niat dan manajemen yang baik, usaha bakso Pak Gareng memiliki masa depan yang cerah. Hal ini terbukti dengan dagangannya yang laris manis, sampai wisatawan pun datang ke sana.

“Saya selalu mendukung usaha UMKM di Kepulauan Seribu, khususnya Pulau Tidung, agar makin berkembang, siapa tahu bisa nambah toko,” katanya.

Pinjaman KUR BRI tanpa jaminan bisa dilakukan tanpa jaminan, khususnya KUR Mikro. Pelaku usaha bisa mendapatkan modal Rp 50 juta tanpa perlu memberikan agunan tambahan. Syarat untuk dapat meminjam layanan KUR BRI adalah usaha yang layak, riwayat kredit yang baik, dan dokumen pendukung seperti KTP, KK, dan dokumen usaha.