Mie jadi salah satu makanan terpopuler di Asia. Namun, penelitian terbaru asal Korea Selatan menunjukkan bahwa konsumsi mie berlebihan ternyata bisa berdampak buruk bagi kesehatan.
Studi yang diterbitkan dalam Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition ini menemukan kaitan kuat antara kebiasaan makan mie dalam jumlah tinggi dan meningkatnya risiko sindrom metabolik, sekelompok kondisi yang dapat memicu penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe dua.
Dilansir dari theAsianparent (24/10/2025), penelitian tersebut menganalisis data dari 10.505 orang dewasa Korea yang dikumpulkan melalui Korea National Health and Nutrition Examination Survey periode 2012-2016.
Para peneliti menggunakan kuesioner frekuensi makan yang mencakup 112 jenis makanan untuk menilai pola konsumsi mie peserta. Hasilnya, kelompok dengan konsumsi mie tertinggi memiliki risiko 48% lebih besar mengalami sindrom metabolik dibandingkan mereka yang jarang mengonsumsi mie.
“Kami juga menemukan peningkatan signifikan pada kadar trigliserida dan lemak perut di kelompok yang lebih sering makan mie,” ungkap tim peneliti dalam laporan tersebut.
Para ahli menjelaskan sebagian besar mie dibuat dari tepung terigu yang rendah serat dan nutrisi. Kandungan karbohidrat olahan yang tinggi juga membuat mie memiliki indeks glikemik tinggi yang menyebabkan lonjakan gula darah dan peningkatan kadar insulin secara cepat.
“Pola makan dengan indeks glikemik tinggi sudah lama dikaitkan dengan kenaikan berat badan, peningkatan kadar gula darah, serta penurunan kolesterol baik (HDL),” kata Dr. Lee Hye-jin, ahli gizi dari Seoul National University.
Selain itu, kandungan natrium dalam mie instan dan mie berkuah seperti ramen cenderung tinggi. Analisis dari 17 penelitian yang melibatkan lebih dari 66 ribu orang menunjukkan konsumsi garam berlebih dapat meningkatkan risiko sindrom metabolik hingga 37%.
“Kelebihan garam menyebabkan retensi cairan dan meningkatkan tekanan darah yang menjadi faktor utama pemicu resistensi insulin,” tambah Dr. Lee.
Meski begitu, para ahli menekankan bahwa mie tidak harus dihindari sepenuhnya. Kuncinya adalah pengaturan porsi dan cara penyajiannya. Mie berbahan gandum utuh atau soba bisa menjadi pilihan lebih sehat karena mengandung lebih banyak serat dan indeks glikemik yang lebih rendah.
Para ahli juga menyarankan untuk mulai mengurangi konsumsi mie instan, serta menambahkan sayuran dan sumber proteinyang dapat membantu menjaga keseimbangan gizi.
“Tidak ada yang salah dengan menikmati semangkuk mie sesekali,” ujar Dr. Lee menambahkan. “Namun, ketika mie menjadi makanan utama sehari-hari tanpa keseimbangan nutrisi lain, di situlah risiko kesehatan mulai meningkat.” pungkasnya.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.






