Di Selandia Baru ada tradisi unik di mana masyarakat membuka toko kejujuran. Mulai dari buah hingga telur dijual begitu saja tanpa penjaga.
Di era modern, semua kegiatan bisa dipantau lewat kamera dan transaksi digital. Namun, di Selandia Baru, justru tak sedikit masyarakatnya yang masih berjualan dengan cara tradisional.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
Tradisi yang dilakukan bermakna bukan hanya jual beli, melainkan juga simbol dari rasa saling percaya masyarakatnya. Beberapa rumah yang memiliki perkebunan atau peternakan kecilnya sendiri menghadirkan honesty box atau roadside shop sederhana.
Honesty box atau roadside shop ini merujuk pada sebuah bangunan semi permanen yang bertujuan untuk berjualan. Hasil perkebunan hingga peternakan seperti sayur dan telur dijual di sini.
Adalah Katie, pemilik akun TikTok @rosehipsreqritten_, yang juga memiliki roadside shop di halaman rumahnya. Setiap hari Katie mengisi toko kecilnya dengan berbagai bahan yang bisa dijual.
Salah satu yang hampir selalu tersedia di tokonya ialah telur ayam dari kandang yang dimilikinya sendiri di belakang rumah. Ada juga berbagai rempah hingga sourdough starter buatannya sendiri yang dijajakan pada tokonya.
Tak ada kamera pengawas yang disimpan Katie di sana. Hanya buku catatan kecil dan wadah kosong untuk pembelinya meletakkan uang saat membeli produk yang ditawarkan.
Dilansir dari Food NDTV, Sabtu (8/11), sudut pandang lain diperlihatkan salah satu pembeli roadside shop di Selandia Baru. Konten kreator asal India, Vijay Devd, mencoba pengalaman belanja pada toko pinggir jalan tersebut.
“Saat kejujuran sudah mencapai puncaknya di Selandia Baru,” tulisnya dalam video.
Vijay kemudian membagikan pengalamannya berbelanja dengan mudah di sana. Tak disangka pengikutnya (follower) ternyata juga ikut berbagi pengalamannya sebagai pelanggan roadside shop.
“Di Waikanae, kami bahkan bisa saja mendapatkan lemon gratis dari toko itu. Mereka juga menyediakan tas belanja untuk pelanggan,” tulis seorang netizen.
Keunikan lain dari toko ini ialah harga yang ditawarkan lebih murah daripada di swalayan dan supermarket. Harganya bahkan bisa menyentuh hanya 1/3 dari harga pasaran.
Hal tersebut diduga karena tak ada kebutuhan untuk biaya membayar pekerja maupun biaya operasional yang tinggi. Banyak masyarakat Selandia Baru yang kerap memanfaatkan roadside shop untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.






