Sering Bikin Khawatir, Ini Fakta di Balik 5 Mitos Kesehatan soal Makanan

Posted on

Banyak mitos kesehatan soal makanan bikin khawatir. Ini fakta ilmiah di balik 5 mitos populer, dari daging merah hingga smoothie pisang.

Isu kesehatan seputar makanan kerap viral dan memicu kekhawatiran. Klaimnya terdengar serius, seolah konsumsi satu jenis makanan bisa langsung membahayakan tubuh.

Tak sedikit orang akhirnya takut mengonsumsi makanan tertentu. Padahal, banyak klaim kesehatan itu lahir dari riset terbatas atau konteks yang tak utuh.

Sebagian mitos bahkan berulang kali muncul di media sosial. Narasinya dibuat sederhana, tapi efeknya bisa menyesatkan jika dipercaya mentah-mentah.

Konsumsi daging merah kerap dikaitkan dengan risiko tapi, namun anggapan itu tak sepenuhnya tepat. Risiko lebih besar justru berasal dari konsumsi daging merah olahan seperti sosis, bacon, dan salami.

Studi terhadap lebih dari 130.000 orang selama 43 tahun menemukan konsumsi daging olahan meningkatkan risiko demensia hingga 13%.

Kelompok ini juga menunjukkan fungsi kognitif lebih rendah dan penuaan otak lebih cepat.

Menurut ahli saraf Jasmin Dao, kandungan lemak jenuh dan natrium tinggi pada daging olahan berdampak buruk bagi kesehatan otak.

Daging merah segar relatif aman jika dikonsumsi sesekali dan memilih potongan rendah lemak.

Tak semua makanan olahan itu buruk. United States Department of Agriculture (USDA) menyebut makanan beku, dipotong, atau dipanaskan juga termasuk olahan.

Buah, sayur, dan ikan kaleng masih bisa menjadi bagian dari pola makan sehat. Yang perlu dibatasi adalah makanan ultra-olahan yang dikaitkan dengan diabetes, penyakit jantung, dan kanker.

Ahli gizi menyarankan fokus pada pangan utuh seperti sayur, buah, biji-bijian utuh, dan protein tanpa lemak. Jika ragu memilih produk kemasan, pilih yang paling mendekati buatan rumah.

Riset puluhan tahun membuktikan minyak biji-bijian memiliki manfaat kesehatan. Kandungan omega-6 memang perlu dibatasi, tetapi tetap baik untuk jantung jika dikonsumsi seimbang.

Studi menunjukkan lemak ini dapat menurunkan risiko diabetes tipe 2 dan beberapa jenis kanker. Ahli gizi menyarankan menyeimbangkannya dengan sumber omega-3 seperti salmon dan walnut.

Isu fitoestrogen pada minyak kedelai dinilai berlebihan karena kadarnya sangat kecil. Namun, minyak biji-bijian sebaiknya tidak dipanaskan hingga berasap karena bisa membentuk senyawa berbahaya.

Isu cokelat mengandung logam berat memang ada, tetapi risikonya kecil jika dikonsumsi wajar. Studi menemukan kandungan kadmium dan timbal pada beberapa produk cokelat.

Kadmium berasal dari tanah tempat kakao tumbuh, sedangkan timbal bisa muncul saat panen dan proses produksi. Paparan tinggi berbahaya, tapi konsumsi cokelat dalam jumlah kecil masih aman.

Ahli menyarankan konsumsi dark chocolate secukupnya, sekitar 30 gram per hari. Batas ini dinilai aman sekaligus membantu mengontrol asupan gula dan lemak berlebih.

Pisang disebut-sebut kurang ideal jika diolah menjadi smoothie karena dianggap menghambat penyerapan flavonoid. Klaim ini ramai dibahas di media sosial.

Namun, studi yang memicu isu tersebut hanya melibatkan delapan pria. Ahli gizi menilai jumlah itu terlalu kecil untuk dijadikan kesimpulan kuat.

Pisang tetap memiliki banyak manfaat kesehatan, termasuk kaya kalium yang membantu menjaga tekanan darah. Karena itu, tak ada alasan untuk menghindarinya dalam smoothie.

Riset hanya menemukan flavonoid dari beri kurang terserap saat dicampur pisang. Solusinya, cukup perbanyak konsumsi buah kaya flavonoid di waktu lain.

Dikutip dari Prevention (20/9), berikut fakta ilmiah di balik mitos kesehatan soal makanan:

1. Konsumsi Daging Merah Sebabkan Demensia

2. Semua Makanan Olahan Harus Dihindari

3. Minyak Biji-bijian Menyebabkan Penyakit

4. Cokelat Mengandung Logam Berbahaya

5. Pisang Jangan Diolah Jadi Smoothie

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Riset puluhan tahun membuktikan minyak biji-bijian memiliki manfaat kesehatan. Kandungan omega-6 memang perlu dibatasi, tetapi tetap baik untuk jantung jika dikonsumsi seimbang.

Studi menunjukkan lemak ini dapat menurunkan risiko diabetes tipe 2 dan beberapa jenis kanker. Ahli gizi menyarankan menyeimbangkannya dengan sumber omega-3 seperti salmon dan walnut.

Isu fitoestrogen pada minyak kedelai dinilai berlebihan karena kadarnya sangat kecil. Namun, minyak biji-bijian sebaiknya tidak dipanaskan hingga berasap karena bisa membentuk senyawa berbahaya.

Isu cokelat mengandung logam berat memang ada, tetapi risikonya kecil jika dikonsumsi wajar. Studi menemukan kandungan kadmium dan timbal pada beberapa produk cokelat.

Kadmium berasal dari tanah tempat kakao tumbuh, sedangkan timbal bisa muncul saat panen dan proses produksi. Paparan tinggi berbahaya, tapi konsumsi cokelat dalam jumlah kecil masih aman.

Ahli menyarankan konsumsi dark chocolate secukupnya, sekitar 30 gram per hari. Batas ini dinilai aman sekaligus membantu mengontrol asupan gula dan lemak berlebih.

3. Minyak Biji-bijian Menyebabkan Penyakit

4. Cokelat Mengandung Logam Berbahaya

Gambar ilustrasi

Pisang disebut-sebut kurang ideal jika diolah menjadi smoothie karena dianggap menghambat penyerapan flavonoid. Klaim ini ramai dibahas di media sosial.

Namun, studi yang memicu isu tersebut hanya melibatkan delapan pria. Ahli gizi menilai jumlah itu terlalu kecil untuk dijadikan kesimpulan kuat.

Pisang tetap memiliki banyak manfaat kesehatan, termasuk kaya kalium yang membantu menjaga tekanan darah. Karena itu, tak ada alasan untuk menghindarinya dalam smoothie.

Riset hanya menemukan flavonoid dari beri kurang terserap saat dicampur pisang. Solusinya, cukup perbanyak konsumsi buah kaya flavonoid di waktu lain.

5. Pisang Jangan Diolah Jadi Smoothie

Gambar ilustrasi