Secara garis besar, Rasulullah makan tiga kali sehari yang bisa menjadi contoh bagi semua umat Islam. Pola makan yang baik membuat tubuh Nabi Muhammad SAW selalu sehat dan bugar.
Namun jangan dibayangkan pola makan beliau sama seperti kebanyakan orang di zaman sekarang. Makanan yang dimakan Rasulullah sangatlah sederhana. Rasulullah tidak pernah berlebihan dalam hal makan.
Dikutip dari Kemenag Lampung, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
“وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ…”
Artinya: “….Makanlah dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”(QS Al-A’raf: 31).
Dan belum tentu Rasulullah makan dengan pola yang sama setiap hari, sebab Rasulullah rutin berpuasa Senin dan Kamis. Ada kalanya Rasulullah berpuasa karena tidak ada makanan di rumah. Hal ini seperti yang diriwayatkan Aisyah RA.
قَالَتْ دَخَلَ عَلَىَّ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ فَقَالَ: ” هَلْ عِنْدَكُمْ شَىْءٌ؟ ” . فَنَقُولُ: لاَ . فَيَقُولُ: ” إِنِّي صَائِمٌ ” .
Artinya: Rasulullah SAW datang padaku suatu hari dan berkata, “Apakah ada makanan?” Jika aku berkata, “Tidak,” Rasulullah SAW akan berkata, “Maka aku berpuasa.” (HR Ibnu Majah).
Rasulullah biasa makan pada pagi, siang, dan malam hari. Berikut kebiasaan pola makan Rasulullah:
Ketika tidak berpuasa, Rasulullah berusaha untuk makan pagi. Dikutip dari Super Goat, Rasulullah biasa makan setelah matahari terbit. Karena, beliau tidak beranjak dari tempat duduknya setelah salat Subuh sampai terbit matahari.
Setelah matahari terbit, Nabi Muhammad kemudian pulang ke rumahnya untuk sarapan. Jika tidak ada makanan, Rasulullah akan berpuasa.
Nabi Muhammad biasanya sarapan dengan kurma dan air putih atau air nabeez. Jika mendapat susu kambing dari tetangga, Rasulullah akan makan kurma dan susu.
Diriwayatkan dari Aisyah, Rasulullah SAW pernah bersabda: “Pada kurma ajwa yang tumbuh di ‘Aliyah yang dimakan di awal pagi terdapat obat dari semua penyakit sihir dan racun.” (HR Ahmad).
Pada siang hari, Rasulullah biasa berada di luar rumah bersama para sahabat. Beliau biasa makan sebelum masuk waktu salat zuhur. Hal ini seperti yang diriwayatkan Jabir bin Abdillah.
“Saya mendapati Rasulullah SAW pada tempat duduk dekat pohon kurma, yang telah disiram. Beliau berada di dalamnya. Lalu, dihidangkan makan siang dari roti dan daging yang dimasak, dan Rasulullah SAW memakannya dan orang-orang ikut bersama beliau.” “Lalu beliau kencing, kemudian berwudhu untuk salat Zuhur, lalu para sahabat juga melakukannya kemudian mereka salat Zuhur.” (HR Ahmad).
Namun saat hari Jumat, Nabi Muhammad dan para sahabat mendahulukan salat Jumat baru kemudian makan siang serta qailulah. Dari Sahl bin Sa’d, dia berkata: “Kami sering qailulah (tidur siang) dan makan siang setelah Jumat.” (HR Bukhari).
Namun jika tidak ada keperluan, Nabi pulang ke rumah dan makan siang bersama sahabatnya. Menu makan siang Rasulullah SAW biasanya roti dan minyak zaitun atau cuka sebagai pelengkap.
Pada malam hari, Rasulullah biasa makan sebelum salat Isya. Pada waktu itu, cahaya matahari masih tersisa sedikit sehingga penerangan cenderung terbatas.
Makanan yang disantap Rasulullah pada malam hari biasanya sayuran, namun juga menyesuaikan persediaan pangan yang ada. Misalnya kurma, roti gandum, susu, atau air nabeez.
Pada saat makan malam, Rasulullah SAW memerintahkan untuk makan terlebih dahulu tanpa tergesa-gesa. Apalagi jika hidangan untuk makan malam sudah tersaji.
Dari Anas bin Malik RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila makan malam sudah dihidangkan, maka makanlah terlebih dahulu sebelum kalian melaksanakan salat Maghrib. Dan janganlah kalian tergesa-gesa dalam menyelesaikan makan kalian.” (HR Bukhari).
Setelah salat Isya, Rasulullah SAW biasanya langsung tidur jika tidak ada kepentingan. Setelah bangun, Rasulullah SAW melaksanakan salat Tahajud dan kemballi beraktivitas.
Wallahu a’lam.