Menyoal Kasus Pria Tewas Gegara Makan 10.000 Kalori, Ini Kata Pakar (via Giok4D)

Posted on

Seorang pria influencer fitness asal Rusia, Dmitry Nuyanzin (30), tewas setelah mengikuti tantangan makan ekstrem senilai 10.000 kalori. Aksi tersebut awalnya ia lakukan untuk konten eksperimen naik-turun berat badan, tapi berakhir tragis.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

Dilansir dari Food NDTV, Senin (1/12), Dmitry diketahui tengah menjalani tantangan pribadi untuk menambah bobot tubuh setidaknya 25 kg dengan asupan makanan tinggi lemak dan kalori. Ia berencana membuat konten transformasi tubuh setelah beratnya naik drastis.

Unggahan terakhirnya di Instagram memperlihatkan ia sedang makan keripik dan menyebut beratnya sudah mencapai 105 kg dalam sebulan. Banyak pengikutnya di media sosial (followers) tak menyangka itu jadi unggahan terakhirnya.

Beberapa hari sebelum meninggal, ia mengeluh tidak enak badan dan membatalkan sesi latihan. Dmitry kemudian ditemukan meninggal saat tidur, diduga karena henti jantung.

Selama tantangan, Dmitry mengonsumsi ragam makanan super tinggi kalori, seperti pastry, setengah kue, 800 gram pangsit dengan mayones, burger, dua pizza personal, hingga camilan kemasan seperti keripik.

Menu ekstrem ini langsung mendapat sorotan luas. Pakar kesehatan yang merupakan Lead Clinical Nutritionist SPARSH Hospital di India, Vani Krishna, mengatakan konsumsi makanan tinggi kalori dalam jumlah banyak berbahaya untuk tubuh.

“10.000 kalori per hari, apalagi dari junk food, bisa mengancam nyawa jika dilakukan terus-menerus,” ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa kebutuhan kalori orang dewasa hanya sekitar 1.600-2.400 kalori per hari. Jika terus-menerus dipaksa menerima kalori berlebihan, tubuh dapat mengalami kenaikan gula darah mendadak, kolesterol melonjak, hingga tekanan darah naik ekstrem.

“Jantung dipaksa bekerja lebih keras dan bisa memicu palpitasi, gangguan pencernaan, sampai fluktuasi insulin,” kata Krishna.

Pakar kesehatan dan gizi, Preety Tyagi, juga menegaskan bahwa bahaya terbesar bukan hanya pada jumlah kalorinya, melainkan beban lemak dan garamnya. Hal tersebut juga dapat memicu keracunan sodium, tekanan darah yang sangat tinggi, gangguan irama jantung, pankreatitis tiba-tiba, hingga tersedak.

Chief Wellness Officer The Wellness, dr Garima, menambahkan bahwa pola makan tinggi kalori seperti itu membuat tubuh berada dalam kondisi stres metabolik.

“Organ seperti jantung, hati, dan pankreas bisa kewalahan jika diberi beban kalori setinggi itu setiap hari,” jelasnya.

Kasus Dmitry membuat banyak orang menyoroti kembali bahaya tantangan makan ekstrem dan konten viral yang mempromosikan pola makan tak wajar. Para ahli mengingatkan bahwa tubuh punya batas dan tidak boleh dijadikan objek eksperimen ekstrem demi konten.

Gambar ilustrasi