Tumpeng melengkapi perayaan Hari Bhayangkara di Monas, Jakarta Pusat hari ini (1/7). Terdapat sajian megah berisi 9 tumpeng yang dipotong secara simbolis oleh presiden Prabowo Subianto. Apa maknanya?
Hari Bhayangkara ke-79 yang jatuh pada Selasa, 1 Juli 2025 diperingati lewat acara meriah di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat. Turut hadir presiden Prabowo bersama Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, dan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto.
Mereka melakukan acara simbolis potong tumpeng. Potongan tumpeng pertama diserahkan oleh Prabowo kepada anggota Polri berprestasi. Disusul oleh Gibran yang juga melakukan hal serupa. Baru ketiga, giliran Jenderal Listyo Sigit.
Potongan tumpeng diserahkan kepada Aiptu Agus Riyanto, Banit Binmas Polsek Kembangan; Aipda Muhammad Irvan PS Pasiaga, Subag Binops Bagops Polres Singkawang; dan Brigadir Tiara Nisa Zulbida, anggota Divhubinter Polri.
Masing-masing anggota Polri tersebut dinilai berprestasi dengan caranya. Ada Aiptu Agus yang membangun sekolah untuk anak-anak pemulung, Aipda Muhammad Irvan yang merawat lansia di panti jompo, serta Brigadir Tiara yang menjadi salah satu lulusan terbaik di Turkish National Police Academy tahun 2023.
Prosesi potong tumpeng Hari Bhayangkara ke-79 ini juga menarik perhatian lantaran megahnya kreasi tumpeng yang dihadirkan. Dalam tangkapan layar YouTube Setpres, terlihat ada 9 tumpeng nasi kuning.
Mengutip infoNews (1/7), dari 9 tumpeng itu, ada satu tumpeng besar di tengah yang melambangkan tujuan bersama meningkatkan kualitas bangsa menuju Indonesia maju dan sejahtera.
Kemudian ada iringan 8 tumpeng yang melambangkan Asta Cita yang akan diperjuangkan bersama demi sebuah kemajuan baru, persatuan baru, Indonesia baru.
Asta Cita diketahui merupakan 8 tujuan utama atau cita-cita yang menjadi visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Tujuannya mewujudkan Indonesia maju menuju Indonesia Emas 2045.
Adapun kehadiran tumpeng dalam acara-acara besar di Indonesia bukanlah hal baru. Sejak lama, potong tumpeng sudah menjadi tradisi simbol rasa syukur kepada Tuhan.
Chef dan sejarawan kuliner, Wira Hardiyansyah, pernah mengungkap asal-usul sejarah tumpeng. Kata ‘tumpeng’ konon berasal dari bahasa Jawa kuno. Artinya, ‘manusia bersemangat dalam menjalani hidup’.
Bentuk tumpeng yang kerucut juga bukan tanpa alasan. Bentuk ini melambangkan gunung, mengingat orang Jawa sangat mensakralkan gunung.
Mereka percaya bahwa gunung merupakan tempat bersemayamnya para dewa dan arwah leluhur mereka. Dari bentuk seperti gunung itu, tumpeng menjadi suatu lambang hubungan antara manusia dengan Tuhan dan Alam.
Sementara itu, lauk pauk tumpeng juga memiliki makna mendalam. Contohnya telur rebus yang melambangkan pentingnya etos kerja dan perlunya perencanaan yang matang dalam setiap tindakan yang dilakukan.
Begitu juga dengan urap yang terdiri dari berbagai jenis sayuran. Ada kacang panjang yang melambangkan pemikiran yang jauh untuk ke depan, sementara tauge melambangkan proses untuk terus tumbuh.
Biasanya dalam tumpeng juga ada cabai merah yang diukir berbentuk bunga. Kehadirannya bukan sekadar hiasan, tapi melambangkan penerangan yang bermanfaat untuk orang lain.