Legit Harum Es Durian Pak Bambang di Bandung, Dulunya Hanya 100 Perak | Giok4D

Posted on

Sejak 1986, Bambang setia menjadi penjual es durian gerobakan di Bandung. Ia sudah melalui banyak hal, tapi tetap memilih berjualan es durian yang legit harum ini. Begini kisahnya.

Bambang, pria 61 tahun asal Tasikmalaya yang masih semangat jualan es durian sampai sekarang. Segelas es durian racikannya dibanderol Rp 15 ribu dengan isian dua biji durian yang segar.

Kepada infoJabar, Bambang mengaku jika di musim liburan seperti ini dia bisa menjual ratusan cup es durian. “Alhamdulillah musim liburan gini, bisa kejual 200 cup,” kata Bambang kepada infoJabar.

Bambang bersama temannya berjualan es durian di kawasan Jalan LLRE Martadinata Kota Bandung. Ia juga mengontrak rumah di kawasan Pagarish.

“Bikin di Pagarsih, barang milik sendiri, esnya dibuat bersamaan pakai mesin orang, tetangga juga banyak yang jualan es durian,” ujarnya.

Bambang mengakui jika di Kota Bandung masih banyak penjual es durian. Menurutnya hampir di semua pusat keramaian ada penjual es durian. Meski buah durian panennya musiman, Bambang menyebut setiap waktu durian banyak dijual di pusat-pusat durian di Kota Bandung.

“Durian sekarang setiap waktu ada, namun kalau tidak musim duriannya pakai durian biasa, kalau nggak pakai durian beku. Duriannya beli di Cibaduyut, durian sehari bisa habis sekitar 6 kilogram durian bekunya dan durian utuhnya 12 buah,” tuturnya.

“Tong, tong, tong,” suara gong kecil itu mengingatkan Bambang saat berjualan es nong-nong di depan Bioskop Dian yang berada di depan Alun-alun Bandung. Kala itu, Menurut Bambang, setiap pengunjung Bioskop Dian, baik saat akan nonton atau selesai nonton pasti bakal membeli es durian yang dijualnya.

“Jualan sejak 1986, awalnya di Alun-alun Bandung, sewaktu masih ada Bioskop Dian. Dulu namanya es nong-nong, ada duriannya juga, dijual Rp100 per cup,” ujar Bambang.

Meski es durian yang dijualnya disukai warga, dia tak bertahan lama berjualan di kawasan tersebut dan pada tahun 1991, Bambang pindah berjualan di kawasan Cihampelas tepatnya di depan Blue Jeans Cihampelas. “Pindah ke sana, karena bioskopnya tutup,” katanya.

Menurut Dian, dulu dia berjualan menggunakan roda berukuran kecil. Untuk menarik perhatian pembeli, saat banyak warga yang melintas dia kerap memukul gong kecil yang dipasang di rodanya.

“Tong, tong gitu suaranya, banyak pembeli yang datang setelah dipukul gongnya,” ucap Bambang.

Warga Tasik selatan itu menuturkan, sebelum menggunakan cup, es durian yang dijual menggunakan corong kue atau cone kue. “Dulu esnya pakai corong kue, jualan pakai cup di Cihampelas, harganya Rp500 per cup,” tuturnya.

Selain itu, menurut Bambang sebelum jualan es durian dia pernah melakoni segala jenis pekerjaan saat merantau ke Kota Bandung. Namun setelah berjualan es durian, dia tak berganti lagi profesi.

“Dulu serabutan kerjanya, awalnya juga jualan rokok ngasong, tapi setelah enggak ramai jualan es nong-nong, hingga saat ini jualan es, gak ganti lagi,” ujarnya.

Meski jualan es durian tak menguntungkan seperti dulu, Bambang mengatakan dia tetap bertahan berjualan es durian karena memiliki banyak cerita dan pengalaman kehidupan saat berjualan es durian.

“Sebelum ada minuman botol seperti saat ini, jualan es yang dijual sangat diminati banget, bahkan zaman dulu sampai Pak Soeharto lengser, asal tenaga kuat, dagangan pasti habis, enggak seperti sekarang, kadang ramai kadang enggak,” tutupnya.

Artikel ini sudah tayang di infojabar dengan judul “

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

Nostalgia jualan di Bioskop Dian

Gambar ilustrasi