Kisah Sukses Warisan Toko Roti yang Bertahan Hingga Generasi Ketiga

Posted on

Konsistensi menjaga kualitas makanan menjadi model utama bisnis kuliner legendaris tetap bertahan. Seperti toko roti yang beroperasi hingga generasi ketiga.

Banyak bisnis kuliner yang bertahan melintasi jaman hingga puluhan tahun. Kunci kesuksesannya tak lagi lain ialah konsistensi untuk menyajikan kualitas produk makanan terbaiknya.

Kerjasama antar generasi dan ilmu yang diwariskan dari keluarga kepada anggota keluarga lain juga berperan besar. Apalagi penerusnya memiliki komitmen dan kemauan yang tak kalah keras mencontoh orang tuanya.

Seperti kisah seorang pria yang dilansir melalui The Star (27/5). Mokhtar Ahmad Mohamad Tawi, yang kini sudah memasuki usia paruh baya 62 tahun tak pernah menyesal menghabiskan waktu meneruskan bisnis keluarganya.

Toko roti bermodal dapur produksi rumahan ini awalnya dirikan oleh kakeknya, Taqi Habib. Mokhtar yang sejak muda bersikeras menjaga bisnis tersebut sudah belajar resep dan teknik memanggang roti dari kakeknya selagi kecil.

“Walaupun masih menggunakan oven trdisional yang menjadi rahasia produk roti kami tetapi permintaannya selalu tinggi, bahkan jika dibandingkan dengan kompetitor yang lebih besar,” ujar Mokhtar.

Bisnis tersebut diakuinya telah berdiri sejak 1949. Awal mula kakeknya memutuskan untuk berjualan roti ialah guna menyambung hidup setelah merantau dari Lucknow, Uttar Pradesh, India menuju Malaya, Malaysia.

Sebelum ia dan kakaknya yang kini silih berganti menjalankan produksi, sepeninggal kakeknya, ayahnya yang mengambil alih seluruh proses produksi pada dapurnya. Jika harus menyebutkan jenis oven yang digunakan, Mokhtar sendiri tak tahu secara spesifik sebab konon ketika toko roti itu buka oven tradisional yang digunakan hingga sekarang sudah ada di sana.

“Aku benar-benar tidak tahu jenis dan usia oven ini. Para tetua kami menyebut sejak bakery dibuka pertama kali, ovennya sudah ada di sana. Mereka memperkirakan oven tersebut sudah ada sejak 1912,” lanjut Mokhtar.

Penggunaan peralatan tradisional yang terlampau antik yang membuatnya harus mendalami teknik dan cara memasak roti sesuai resep keluarga. Tujuannya tak lagi lain ialah untuk menjaga kualitas dan rasa roti yang takkan berubah walaupun suda lintas generasi.

Setiap hari Mokhtar dapat memproduksi hingga 450 roti dengan membutuhkan satu sak tepung, 2 kilogram margarin, 4 kilogram gula, dan 200 gram ragi. Kini ia dibantu oleh istrinya dan kedua anaknya yang masih berusia 36 dan 18 tahun.

Mokhtar menyebut masa tersulit untuk mempertahankan bisnis ialah ketika pandemi Covid-19 melanda, beruntung masih banyak pelanggannya yang terus memesan walaupun harus diantar satu per satu oleh Mokhtar setiap hari. Tak ada harapan lain darinya selain kedua anaknya akan terus menjaga dan melanjutkan estafet pengelolaan toko roti yang usianya menginjak 76 tahun tersebut.

Gambar ilustrasi