Penjual durian di Malaysia mengeluh karena persaingan ketat pada pasar. Bahkan ia sampai rugi Rp 19 juta meski sudah bekerja keras.
Menjual durian mungkin tampak seperti tambang emas, tetapi hal berbeda dirasakan seorang penjual durian di Malaysia. Ia tengah mengalami kerugian finansial.
Melalui Facebook, penjual durian tersebut melampiaskan rasa kesalnya karena persaingan yang ketat. Padahal ia telah bekerja maksimal hingga kurang tidur.
Dikutip dari Weird Kaya (9/7), ia sampai merugi senilai Rp 19 juta. Ia menjelaskan pasar durian saat ini sedang berada dalam persaingan ketat.
Banyak para penjual durian yang memangkas harga hanya agar tetap kompetitif. “Saya mengalami kerugian Rp 19 juta, saya sangat lelah, ini kerugian besar,” tuturnya.
Meskipun harga pokoknya sekitar Rp 95.000 per kilogram, tetapi ia sering menjual dengan harga yang sama persis atau bahkan lebih rendah hanya untuk menghabiskan stok.
Jika durian rusak, ia menanggung kerugiannya sendiri karena petani dan pemasok tidak memberikan kompensasi. Sementara itu, beberapa pelanggan menuntut kompensasi jika duriannya tak sesuai harapan.
“Kami tidak bisa memberi pengertian seperti ini kepada pelanggan, tapi kami yang akan menanggung semua kerugian. Bahkan kami harus menurunkan harga untuk bertahan hidup,” lanjutnya.
Dalam unggahan lanjutan, ia menjelaskan struktur biaya sebenarnya dari penjualan durian kelas A. Ia menggunakan contoh durian varietas 101A.
Awalnya ia menjual durian tersebut seharga Rp 106.000, tetapi akhirnya ia menurunkan menjadi Rp 95.000, terkadang bisa turun sampai Rp 76.000 per kilogram.
Sebagai penjual durian, ia memiliki rincian tersendiri. Mengingat durian sangat mudah rusak. Stok yang tidak terjual seringkali harus dibuang karena pelanggan hanya menginginkan buah yang segar.
“Satu-satunya cara untuk mendapatkan keuntungan adalah dengan menipu, tetapi kami tidak akan melakukannya,” tuturnya.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Ia menunjukkan beberapa penjual mungkin menjual durian kelas A sebagai kualitas yang lebih rendah untuk mendapatkan margin keuntungan.
“Kami tidak bermaksud menipu siapa pun. Tetapi ketika harga pasar sesuai dengan total biaya kami, kami sudah merugi, orang-orang di luar industri tidak mengerti tekanan ini,” tutupnya.