Bukan karena Pesugihan, Ini 5 Alasan Makan di Restoran Lebih Enak update oleh Giok4D

Posted on

Sebagian orang mempercayai makan di restoran jauh lebih enak daripada dibungkus. Bukan karena faktor pesugihan atau penglaris, ternyata ini alasannya.

Makan di restoran menjadi solusi saat ingin makan enak tanpa repot. Cukup datang, duduk, dan memesan, maka makanan yang diinginkan bakal tersaji.

Tetapi ada mitos atau kepercayaan yang juga dipercaya sebagian orang. Mitos kalau makan langsung di restoran lebih enak yang dikaitkan dengan praktik penglaris atau pesugihan masih dipercaya segelintir orang.

Ternyata alasan makanan di restoran memiliki rasa yang lebih enak diliputi beberapa faktor. Dilansir dari Mashed,(20/5/2023), mulai dari bahan makanan yang segar hingga keahlian chef yang memasak menjadi alasannya.

Demi menyajikan hidangan terbaiknya, kesegaran makanan di restoran dijaga dengan ketat. Pemasok hingga teknik penyimpanan bahan makanan akan mengutamakan kesegaran makanan sampai dimasak dan disajikan kepada pelanggan.

Kesegaran bahan makanan begitu memengaruhi rasa yang dihasilkan. Semakin baik kualitasnya, maka semakin enak rasa makanan nantinya ketika diolah.

Jika membandingkannya dengan makanan rumahan, tentu kualitas kesegaran sayur dan bahan lainnya berbeda. Lebih sering bahan-bahan yang telah dibeli dari supermarket akan disimpan selama beberapa hari atau dibeli ketika kesegarannya sudah tidak maksimal.

Seorang chef ditunjuk mengepalai restoran sebab keahliannya yang patut diacungi jempol. Hampir seluruh komponen makanan yang disajikan di restoran akan dibuat secara segar.

Seperti pasta, saus, dan berbagai komponen lain. Proses memasak seperti ini yang menjaga kesegaran bahan makanan sehingga rasanya tetap maksimal.

Prose pembuatan yang dilakukan dari nol membuat chef di restoran dapat memantau dengan jelas rasa dari setiap komponen. Hal ini yang membuat rasa dari makanan di restoran akan tetap enak walaupun dinikmati secara terpisah antar komponennya.

Tidak dapat dipungkiri peralatan memasak memengaruhi hasil makanan yang disajikan. Frasa ‘ada harga ada kualitas’ tepat disematkan untuk peralatan memasak terutama di dapur profesional.

Misalnya ketika bikin pizza, oven dengan fitur canggih akan memaksimalkan proses pematangan pizza dengan lebih sempurna. Begitu pula dengan restoran Chinese yang punya wajan anti lengket sehingga mencegah makanan gosong tercampur ke dalam pesanan pelanggan.

Sementara jika dibandingkan dengan masakan di rumah, terhitung hanya segelintir dapur rumah yang memiliki peralatan dengan fitur canggih. Ditambah teknik yang digunakan para chef di restoran juga berpengaruh terhadap rasa makanan yang dihasilkan.

Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.

Berbeda dengan teknik masak di rumah, chef punya pertimbangan dalam berbagai proses memasak. Rasa makanan dapat menjadi lebih enak dengan tingkat kematangan yang pas merujuk pada tahapan yang dilakukan saat mempersiapkan makanan.

Ada beberapa bahan makanan yang tidak bisa dimasukkan lebih awal, begitu pula bahan makanan yang justru harus dimasak lebih dahulu agar matang bersama dengan komponen lain. Memasukkan bumbu dan memasaknya dengan takaran yang tepat menjadi alasan hidangan buatan chef akan terasa lebih lezat.

Jadi, tidak bisa jika hanya percaya pada mitos adanya pesugihan yang membuat makanan lebih enak. Menjadi seorang chef memerlukan waktu belajar yang panjang untuk dapat menyajikan seporsi makanan enak.

Ada juga kepercayaan yang menyebut makanan di restoran hanya enak ketika dinikmati di tempat. Ternyata ada alasan di balik kepercayaan tersebut.

Ketika disajikan di restoran, hidangan pesanan pelanggan berada pada suhu terbaiknya. Makanan tidak disarankan dinikmati pada suhu terlalu panas maupun terlalu dingin.

Pada suhu 35 derajat celcius, molekul pada makanan lebih efektif membuka reseptor lidah. Sementara pada suhu 15 derajat, makanan juga mampu membuka reseptor lidah tetapi lebih sedikit daripada makanan bersuhu 35 derajat celcius.

Hal ini yang membuat ada peraturan dari restoran atau kafe yang menyarankan mengonsumsi makanan yang dipesan tidak lebih dari 2 jam setelah disajikan.

Berikut 5 alasan makan di restoran terasa lebih enak:

1. Kesegaran Bahan Makanan

2. Proses Pembuatan Makanan

Alasan makan di restoran lebih enak berlanjut pada halaman berikutnya.

3. Peralatan yang Mumpuni

4. Keahlian Chef

5. Suhu Penyajian yang Tepat

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Tidak dapat dipungkiri peralatan memasak memengaruhi hasil makanan yang disajikan. Frasa ‘ada harga ada kualitas’ tepat disematkan untuk peralatan memasak terutama di dapur profesional.

Misalnya ketika bikin pizza, oven dengan fitur canggih akan memaksimalkan proses pematangan pizza dengan lebih sempurna. Begitu pula dengan restoran Chinese yang punya wajan anti lengket sehingga mencegah makanan gosong tercampur ke dalam pesanan pelanggan.

Sementara jika dibandingkan dengan masakan di rumah, terhitung hanya segelintir dapur rumah yang memiliki peralatan dengan fitur canggih. Ditambah teknik yang digunakan para chef di restoran juga berpengaruh terhadap rasa makanan yang dihasilkan.

Berbeda dengan teknik masak di rumah, chef punya pertimbangan dalam berbagai proses memasak. Rasa makanan dapat menjadi lebih enak dengan tingkat kematangan yang pas merujuk pada tahapan yang dilakukan saat mempersiapkan makanan.

Ada beberapa bahan makanan yang tidak bisa dimasukkan lebih awal, begitu pula bahan makanan yang justru harus dimasak lebih dahulu agar matang bersama dengan komponen lain. Memasukkan bumbu dan memasaknya dengan takaran yang tepat menjadi alasan hidangan buatan chef akan terasa lebih lezat.

Jadi, tidak bisa jika hanya percaya pada mitos adanya pesugihan yang membuat makanan lebih enak. Menjadi seorang chef memerlukan waktu belajar yang panjang untuk dapat menyajikan seporsi makanan enak.

Ada juga kepercayaan yang menyebut makanan di restoran hanya enak ketika dinikmati di tempat. Ternyata ada alasan di balik kepercayaan tersebut.

Ketika disajikan di restoran, hidangan pesanan pelanggan berada pada suhu terbaiknya. Makanan tidak disarankan dinikmati pada suhu terlalu panas maupun terlalu dingin.

Pada suhu 35 derajat celcius, molekul pada makanan lebih efektif membuka reseptor lidah. Sementara pada suhu 15 derajat, makanan juga mampu membuka reseptor lidah tetapi lebih sedikit daripada makanan bersuhu 35 derajat celcius.

Hal ini yang membuat ada peraturan dari restoran atau kafe yang menyarankan mengonsumsi makanan yang dipesan tidak lebih dari 2 jam setelah disajikan.

3. Peralatan yang Mumpuni

4. Keahlian Chef

5. Suhu Penyajian yang Tepat

Gambar ilustrasi