Bikin Salut! Warung Sup Legendaris 75 Tahun Ini Kini Dikelola Gen Z

Posted on

Bicara soal kuliner legendaris di Singapura, nama Haji Kadir hampir selalu muncul pada daftar teratas. Warung yang sudah berdiri selama 75 tahun ini dikenal luas berkat satu menu ikoniknya, sup tulang merah.

Berawal dari satu gerai di Golden Mile Food Centre, Haji Kadir perlahan berkembang. Kini, rumah makan tersebut telah memiliki tiga cabang dengan 2 yang lain berlokasi di Tampines dan Lavender. Meski zaman terus berubah, racikan sup tulang khas Haji Kadir tetap dipertahankan.

Menariknya, warung legendaris ini sekarang dikelola oleh generasi ketiga. Sosoknya bernama Mohamed Riyas Mohamed Iqbal, Gen Z 26 tahun yang masih berstatus mahasiswa. Sejak kecil, Riyas sudah akrab dengan dapur dan suasana warung, karena orang tuanya bekerja di sana.

Sebelum mengelola penuh bisnis kuliner ini, selama pandemi Covid-19, Riyas sudah ‘belajar’ jadi manajer di cabang Lavender. Tugasnya sebagian besar meliputi melakukan pengecekan kualitas dan mengelola keuangan.

Bahkan saat menjalani wajib militer (NS), ia tetap mengelola bisnis tersebut di akhir pekan. Saat itulah ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke universitas.

“Saya berpikir, mengapa saya tidak belajar manajemen bisnis di universitas? Itu dapat membantu saya menjalankan restoran dan membuat transisi pengambilalihan bisnis menjadi jauh lebih lancar,” katanya.

Saat ini, Riyas masih menempuh pendidikan di University of London dan dijadwalkan lulus pada tahun 2027. Kegiatannya sehari-hari berkuliah sambil mengelola bisnis kuliner, diakui Riyas, memiliki tekanan besar.

Meski begitu, ia berhasil mengelola stres dengan cukup baik. “Saya tidak mudah kelelahan, saya orang yang terus bersemangat,” katanya sambil terkekeh.

Riyas tetap menjalani ‘double job’ ini dengan komitmen tinggi, meski sering mendapat tatapan aneh dari pelanggan yang tak menyangka bahwa pengelola warung ini masih sangat muda.

Mengenai menu andalannya, sup tulang merah Haji Kadir dikenal memiliki rasa manis dan gurih dengan aroma khas daging kambing. Kuahnya kental, tulangnya besar, dan sumsum di dalamnya terasa lembut saat disantap. Bagi banyak pelanggan, rasa dari sup ini membuat nostalgia.

Perjalanan Riyas tentu tidak langsung mulus. Ia sempat mendapat kritik dari pelanggan ketika rasa masakan belum konsisten. Dari situlah ia belajar lebih dalam meracik bumbu dan teknik memasak, hingga akhirnya mampu menyajikan rasa yang sesuai standar.

Bagi Riyas, Haji Kadir bukan sekadar usaha kuliner. Ini adalah legasi keluarga yang penuh nilai sejarah. Meski ada tawaran untuk menjual bisnis, ia memilih bertahan. Baginya, mengelola warung sup tulang merah ini bukan hanya soal keuntungan, melainkan tentang menjaga warisan yang telah hidup selama puluhan tahun dan terus menghangatkan meja makan banyak orang.

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi