Konten kreator asal Malaysia ini dikritik oleh penjual makanan. Komentarnya dianggap tidak relevan dan tidak pantas.
Banyak konten kreator makanan membagikan pengalamannya saat berada di restoran. Mulai dari cita rasa makanan yang dicoba, suasana restoran, hingga pelayanan yang didapat.
Kabar baik bagi pemilik usaha kuliner jika ulasan yang diberikan juga baik dan sesuai. Kalaupun ada kritik, disampaikan dengan bahasa yang sopan.
Sayangnya, ada beberapa konten kreator makanan yang membagikan ulasan dengan cara dianggap kurang pantas. Contohnya dialami konten kreator asal Malaysia ini.
Melalui salah satu video yang diunggah oleh akun @ceokakireview, terlihat ia berkunjung ke pusat kuliner Kantin Gombak di kawasan Setapak, Kuala Lumpur, Malaysia.
Pria ini mengulas sejumlah jajanan yang dijual di pusat kuliner tersebut, mulai dari pisang goreng, lumpia atau popiah, dan kerupuk lekor, semacam kerupuk dibuat dari ikan dan tepung sagu.
Jika dilihat dari video, konten kreator itu memberitahu penonton makanan yang ia beli serta harganya.
Harga makanan yang ia ulas rata-rata RM 10 atau sekitar Rp 38 ribuan per porsi. Jadi, dalam satu porsinya kira-kira terdiri dari empat buah atau untuk pisang goreng dan kerupuk sekitar 10 buah.
Satu per satu jenis makanan ia coba dan diberitahu sedikit tentang rasanya secara umum dan ukurannya. Misalnya, lumpia atau popie ia sebut ukurannya sedang. Sedangkan risol isi carbonara punya isian yang penuh. Namun, ada salah satu makanan yang dianggap diulas dengan kurang pantas.
Pria itu menyebut kerupuknya punya ukuran yang kecil, hampir sama dengan jari kelingkingnya. Saat kerupuk ini dicocol ke saus merah, ia menyebut bahwa sausnya asam, seperti keringat sopir truk atau di Malaysia dikenal dengan sebutan ‘abang lori.’
“Rasa saus ini jenisnya seperti abang lori. Abang lori, abang yang bawa lori (truk). Hmm bolehlah,” ujarnya dalam video.
Video ini ditutup dengan ulasannya terkait tempat parkir dan kondisi kantin makanan tersebut.
Bagi sebagian penjual, ulasannya mungkin tidak terlalu berdampak. Namun, tidak dengan penjual pisang goreng dan kerupuk lekor yang merasa khawatir dengan penjelasan konten kreator terhadap makanannya.
Melalui unggahan video di akun @unclemistresstfood, penjual tersebut mencoba meluruskan apa yang diulas oleh konten kreator ini.
“Assalamualikum, nama saya Syahmi Sazali, pemilik Uncle Street Food. Baru ini ada influencer yang mengulas makanan saya tapi bukan soal rasa. Rasanya pun dia sebut seperti ‘abang lori’,” jelasnya.
Penjual ini mengungkap kalau dia mau menjelaskan lebih detail terkait rasa makanan yang diulas konten kreator tersebut.
“Saya lanjutkan review dia semalam supaya orang tahu rasa saus abang lori itu bagaimana. Dalam video ini mari saya jelaskan,” ujarnya lebih lanjut.
Syahmi mengawali ulasannya dengan memberitahu jumlah seporsi pisang dan kerupuk lekor yang masing-masing terdiri dari 10 buah.
Pisang gorengnya memang dimakan dengan sambal kecap, sedangkan kerupuknya ditujukan untuk dimakan dengan saus.
Tidak mau pelanggan salah paham karena konter kreator itu sempat dibilang sausnya asam seperti ‘abang lori’ atau sopir truk, penjual itu pun menjelaskan secara lebih detail.
Menurut penjual, saus untuk kerupuknya punya tekstur yang tidak begitu cair maupun kental. Rasanya ada manis-manisnya sedikit dan tidak pedas.
Lebih lanjut penjual itu menjelaskan rasanya jika dimakan dengan kerupuk lekor. Menurutnya ada rasa gurih atau asin dan manis sedikit, jadi rasanya seimbang.
Begitu juga dengan kecap Johor yang jadi pendamping pisang goreng. Menurut penjual level pedasnya tergantung preferensi orang, tetapi memang tidak direkomendasikan untuk anak-anak.
Di akhir ia juga meminta maaf atas ulasan dari konten kreator sebelumnya yang tidak mencerminkan rasa makanannya.
“Dengan ini saya mengundang semua orang untuk mengunjungi restoran saya dan mencicipi makanannya sendiri,” jelasnya.
Disorot karena masalah ini, dalam video lain konten kreator itu meminta maaf atas ucapannya yang menyebut ‘Abang lori’.
Konten kreator ini pun menjelaskan alasannya. Menurutnya, isi ulasannya telah didiskusikan dengan pemilik restoran sebelum ia mengambil video, lapor worldofbuzz.com (26/04/2025).
“Saya tidak mengerti mengapa dia mengatakan saya bicara omong kosong. Kami mendiskusikan kontennya sebelum saya merekam video,” ujar konten kreator tersebut.
Ia juga mengungkap kalau banyak cara yang bisa dilakukan untuk membuat konten.
“Kalian tidak mengerti cara membuat konten? Ini tahun 2025, kalian harus punya pola pikir truk berbobot satu ton,” sindirnya.