Sering Lapar Setelah Selesai Makan? Ini 6 Penyebabnya

Posted on

Ada beberapa penyebab yang memicu seseorang tetap merasa lapar meski baru saja makan. Mulai karena stres, pola makan yang salah, hingga pola tidur.

Sebagian orang merasa tetap lapar padahal baru saja makan. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari komposisi makanan hingga sinyal biologis tubuh.

Tubuh mengatur rasa lapar melalui hormon ghrelin yang memberi sinyal pada otak saat perut kosong. Sebaliknya, rasa kenyang dipicu oleh peregangan lambung yang memicu pelepasan hormon untuk memberi tahu otak bahwa tubuh telah cukup makan.

Salah satu penyebab utama perut masih terasa lapar setelah makan adalah porsi atau kandungan gizi yang tidak memadai. Makanan yang rendah serat, protein, atau lemak sehat cenderung cepat dicerna dan tidak memberikan rasa kenyang yang bertahan lama.

Selain itu, keseimbangan antara jumlah energi yang dikonsumsi dan yang dibakar tubuh juga berperan penting. Jika kalori yang masuk tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, maka rasa lapar akan tetap muncul sebagai sinyal untuk menambah asupan.

Dilansir dari Seasonhealth, Rabu (09/07/2025), berikut 6 alasan merasa lapar meski baru makan:

Salah satu penyebab paling umum rasa lapar setelah makan adalah porsi makanan yang terlalu kecil atau komposisi makanan yang tidak seimbang. Makanan yang minim serat, protein, dan lemak sehat akan lebih cepat dicerna dan tidak memberikan rasa kenyang yang bertahan lama.

Sementara makanan yang tinggi protein dan serat, seperti biji-bijian utuh, sayuran, lemak sehat dari alpukat atau minyak zaitun, serta protein dari daging tanpa lemak atau produk susu, dapat membantu memperlambat lonjakan gula darah. Lonjakan gula darah yang terlalu tinggi kemudian diikuti oleh penurunan drastis, akhirnya memicu rasa lapar kembali muncul.

Kebiasaan menyantap makanan dengan tergesa-gesa atau makan terlalu cepat dapat mengacaukan sinyal kenyang dari lambung ke otak.

Tubuh membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk memproses sinyal bahwa perut telah cukup terisi. Jika makan hanya dalam waktu lima menit, otak belum sempat menerima sinyal tersebut. Sehingga meskipun makanan telah masuk ke dalam tubuh, tapi rasa lapar masih bertahan dan memicu dorongan seseorang untuk makan lebih banyak.

Leptin adalah hormon yang diproduksi oleh sel lemak untuk memberi tahu otak bahwa tubuh sudah kenyang. Namun pada kondisi tubuh mengalami resistensi leptin, otak tidak merespons sinyal ini dengan baik.

Akibatnya seseorang akan tetap merasa lapar meski sudah makan dalam porsi yang cukup banyak. Resistensi leptin sering dikaitkan dengan peradangan kronis, kelebihan berat badan, kurang aktivitas fisik, pola tidur yang terganggu, hingga faktor genetik.

Stres dapat meningkatkan kadar hormon kortisol dalam tubuh. Hormon ini berperan dalam meningkatkan nafsu makan, terutama terhadap makanan tinggi gula dan lemak.

Selain itu, stres juga bisa mengacaukan keseimbangan hormon lapar (ghrelin) dan hormon kenyang (leptin), sehingga seseorang lebih mudah makan secara emosional tanpa mempertimbangkan rasa lapar yang sesungguhnya. Alasan ini yang juga mendasari sebagian orang ketika merasa stres akan menjadikan makanan sebagai pelariannya.

Beberapa jenis obat, seperti steroid dan antidepresan, dapat memengaruhi sistem pengatur nafsu makan di otak. Beberapa obat bahkan meningkatkan kadar kortisol atau mengganggu metabolisme karbohidrat.

Salah sati efeknya ialah memicu peningkatan rasa lapar. Jika sedang menjalani pengobatan tertentu dan mengalami peningkatan nafsu makan yang tidak biasa, sebaiknya konsultasikan dengan dokter.

Kurang tidur atau kualitas tidur yang buruk dapat mengacaukan produksi hormon ghrelin dan leptin. Pola tidur yang berantakan hingga jam tidur yang sebentar, bisa meningkatkan kadar ghrelin (pemicu lapar) dan menurunkan kadar leptin (pemicu kenyang).

Sebuah studi menunjukkan jika seseorang kurang tidur dalam waktu sehari saja maka bisa menyebabkan resistensi insulin keesokan harinya. Merujuk pada anjuran Kemenkes, orang dewasa membutuhkan 7-8 jam untuk tidur.

Berkurangnya durasi dan kualitas tidur dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2 serta memicu nafsu makan yang lebih tinggi pada tubuh seseorang.

1. Pola Makan yang Salah

2. Makan Terlalu Cepat

3. Resistensi Leptin

4. Dipicu Stres

5. Efek Samping Obat-obatan

6. Gangguan Tidur

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Beberapa jenis obat, seperti steroid dan antidepresan, dapat memengaruhi sistem pengatur nafsu makan di otak. Beberapa obat bahkan meningkatkan kadar kortisol atau mengganggu metabolisme karbohidrat.

Salah sati efeknya ialah memicu peningkatan rasa lapar. Jika sedang menjalani pengobatan tertentu dan mengalami peningkatan nafsu makan yang tidak biasa, sebaiknya konsultasikan dengan dokter.

Kurang tidur atau kualitas tidur yang buruk dapat mengacaukan produksi hormon ghrelin dan leptin. Pola tidur yang berantakan hingga jam tidur yang sebentar, bisa meningkatkan kadar ghrelin (pemicu lapar) dan menurunkan kadar leptin (pemicu kenyang).

Sebuah studi menunjukkan jika seseorang kurang tidur dalam waktu sehari saja maka bisa menyebabkan resistensi insulin keesokan harinya. Merujuk pada anjuran Kemenkes, orang dewasa membutuhkan 7-8 jam untuk tidur.

Berkurangnya durasi dan kualitas tidur dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2 serta memicu nafsu makan yang lebih tinggi pada tubuh seseorang.

5. Efek Samping Obat-obatan

6. Gangguan Tidur

Gambar ilustrasi