Sekilas teh adalah minuman yang sudah pasti halal karena berbahan herba. Namun pencinta teh ini mengungkap potensi yang membuat secangkir teh bisa menjadi tidak halal.
Muslim perlu memperhatikan kehalalan makanan yang dikonsumsi. Sudah sepatutnya setiap bahan makanan atau produk makanan yang dipilih, terjamin kehalalannya.
Mewaspadai makanan yang kerap kali dicap ‘pasti halal’ pun perlu dilakukan. Contohnya pada teh yang sering dianggap sudah pasti halal karena menggunakan bahan-bahan herba, seperti daun, campuran bunga, atau buah.
Pencinta teh Oza Sudewo melalui unggahan Instagram @ozasudewo (7/5/2025) menjelaskan aspek kehalalan teh. Cara termudah memastikan kehalalannya tentu dengan memilih produk teh yang sudah dapat sertifikat halal.
“Bukan berarti kalau sebuah teh belum punya sertifikasi halal, lantas jadi haram. Yang mesti kita pahami, teh pada dasarnya hanya daun dilayukan, kemudian digulung, dikeringkan, dan diseduh pakai air panas. Kalau beli daun teh, kemungkinan besar itu bakal halal,” ujar @ozasudewo.
Namun beda cerita ketika teh sudah dicampurkan bahan lain. Kalau bahan campurannya adalah bahan alam seperti bunga, maka relatif aman. “Bunga dipetik, kemudian dikeringin, dicampur pada teh. Jadi halal juga, nggak ada potensi apapun yang membuat teh bisa jadi tidak halal,” lanjut @ozasudewo.
Jika bahan campuran teh bukan herbal, rempah, bunga, atau buah, maka hal inilah yang perlu diwaspadai. @ozasudewo memberi contoh kasusnya ketika mengimpor caramel black tea dari Eropa.
@ozasudewo mengungkap, “Produk itu mencampurkan permen karamel di dalam tehnya.” Kemudian dicantumkan juga keterangan bahan bakunya, termasuk bahan karamelnya.
Ternyata ada penggunaan emulsifier yang mungkin berbahan hewani. “Akhirnya demi aman (status kehalalan), gue nggak ambil (impor) sama sekali,” kata @ozasudewo.
Menurutnya, jika memang tidak dapat teh yang bersertifikasi halal, maka konsumen harus pintar.
Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam websitenya pernah menulis potensi haram pada teh kemasan. Salah satunya dari kandungan perisa, seperti rasa melati, vanila, lemon, mint, dan sejenisnya.
Potensi keharaman perisa dapat disebabkan oleh pelarut, bahan dasar, atau bahan aditif yang digunakan. Dalam beberapa kasus, penggunaan flavor dari bahan hewani masih ditemukan pada flavor yang menggunakan formula lama.