Stroberi Korea belakangan sangat populer di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Dikenal manis juicy, begini fakta lain seputar stroberi Korea yang menarik disimak.
Stroberi kini jadi salah satu suvenir paling trendy dari Seoul, Korea Selatan. Ini terbukti dari antrean turis yang terus mengular di Seoul’s Mangwon Market, seperti dikutip dari The Korea Times via South China Morning Post (19/4/2025).
Tadinya di pasar tersebut hanya menjual tteokbokki (olahan rice cake dengan saus pedas ala Korea) dan hotteok (pancake manis Korea). Namun, kini bertambah dengan stroberi Korea yang dikemas dalam kotak-kotak merah.
“Kecintaan akan stroberi adalah fenomena baru. Kebanyakan pembeli adalah turis Asia,” kata seorang penjual buah di sana.
Di Korea sendiri, stroberi sejak lama menjadi buah yang paling didambakan saat musim dingin dan musim semi. Teksturnya terkenal juicy (berair) dan lembut dengan rasa manis yang nikmat.
Namun, belakangan popularitas stroberi Korea jauh melampaui itu. Menurut Statistics Korea, ekspor stroberi melompat dari USD 32 juta (Rp 540 miliar) pada 2016 menjadi USD 69 juta (Rp 1,1 triliun) pada 2024.
Jumlah tersebut menjadikan stroberi sebagai produk pertanian segar terbanyak urutan ketiga untuk diekspor, setelah paprika dan pir. Peminat terbesarnya adalah negara-negara Asia Tenggara, terutama di Singapura, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Hong Kong.
Berikut fakta menarik seputar stroberi Korea:
Varietas stroberi komersial diperkenalkan ke Korea pada awal abad ke-20 melalui Jepang, tetapi catatan menunjukkan stroberi tidak dibudidayakan secara luas hingga tahun 1960-an.
Varietas stroberi awal itu diberi nama yangttalgi, ‘yang’ berarti ‘Barat’ dan ‘ttalgi’ berarti ‘stroberi’. Nama ini bertahan hingga tahun 1980an.
Awalnya stroberi ditanam di lahan terbuka dengan hasil terbatas, tetapi penggunaan rumah kaca secara luas pada tahun 1980an menyebabkan peningkatan produksi. Alhasil, stroberi mudah ditemukan selama musim dingin.
Hingga 2005, perkebunan stroberi Korea didominasi oleh dua varietas Jepang yaitu Yukbo dan Janghee. Varietas ini populer karena rasanya yang manis dan tahan lama, menguasai 85,9 persen pangsa pasar domestik.
Kemudian terjadi perubahan ketika badan penelitian stroberi di Nonsan, Korea Selatan memperkenalkan varietas Seolhyang. Stroberi lokal Korea ini punya keseimbangan rasa manis dan asam yang pas, ditambah punya ketahanan alami terhadap hama.
Sejak saat itu, Korea Korea telah membudidayakan sekitar 18 varietas lokal, termasuk Keumsil, Jukhyang, Maehyang, Kingsberry, Mary Queen, Arihyang, dan Mannyeonseol.
Untuk rasa paling manis, dimenangkan oleh varietas Jukhyang. Kemudian diikuti oleh Maehyang dan Keumsil. Untuk tekstur lebih padat, bisa ditemukan pada varietas Jukhyang dan Arihyang.
Arihyang juga menonjol berkat ukurannya yang besar, seperti Kingsberry yang memiliki tingkat keasaman tertinggi. Lalu untuk stroberi putih yang terkenal dari Korea, merupakan varietas Mannyeonseol.
Keunggulan dan cara menyimpan stroberi Korea ada di halaman selanjutnya.