Diberi Ulasan Jelek, Penjual Tahu ini Nangis hingga Putuskan Tutup Warung

Posted on

Ulasan yang diberikan pelanggan penting untuk meningkatkan citra sebuah usaha. Sayangnya penjual makanan ini mendapat ulasan buruk hingga membuatnya menangis.

Menjalani sebuah usaha kuliner akhir-akhir ini bukanlah hal yang mudah. Para penjual harus berhadapan dengan berbagai macam tantangan, mulai dari biaya operasional mahal, biaya sewa meningkat, hingga berbagai sikap pelanggan.

Belum lagi penjual perlu memenuhi ekspektasi pelanggan dan membuat pelanggan puas. Pelanggan yang puas kemungkinan besar akan memberi ulasan positif. Namun sebaliknya, pelanggan yang tidak puas bisa jadi membuat ulasan buruk yang merugikan.

Belum lama ini penjual yong tau foo di Singapura berhadapan dengan ulasan buruk dari pelanggan.

Penjual gerai yong tau foo di Toa Payoh itu mengungkap sedih dan marah lantaran menemukan sebuah artikel yang memberikan ulasan pedas terhadap warung makannya.

Pemilik warung makan tersebut merasa dikritik tidak adil atas harga yang ditawarkan.

Artikel aslinya diunggah oleh salah satu pelanggan di situs Stomp. Ia menyebut warung yong tau foo ini telah menaikkan harga bahan-bahan dari yang tadinya S$0.60 (Rp 7.838) menjdadi S$0.80 (Rp 10.451) per buah. Selain itu, untuk isian yang lebih premium, warung ini menagih biaya sekitar S$1 (Rp 13.064), lapor weirdkaya.com (28/12).

Selain itu ada ketentuan di mana pelanggan harus memesan minimal lima buah, yang jika ditotal harganya sekitar S$4 (Rp 52.256). Jika ditambah dengan mie, total pesanan pelanggan bisa menjadi S$5 (Rp 65.320) per porsi.

Dalam artikel sebelumnya, pelanggan juga menganggap kalau sayuran yang dijual warung Hup Chong adalah sayur murah dan bisa dibeli di supermarket. Tak hanya itu, pelanggan juga memberi ulasan kalau gorengan yang dijual terlalu banyak direndam dalam minyak.

Menurut pelanggan ini, dulunya ia adalah pelanggan tetap. Namun berhenti setelah ada kenaikan biaya pada makanan.

Pelanggan tersebut mengaku menghabiskan total S$9.20 untuk satu porsi (Rp 120.188) yang mana harga ini sangat membuatnya terkejut.

Menanggapi berita tersebut, warung makan Hup Chong meluruskan. Ia mengungkap pelanggan tersebut memesan 10 item. Terdiri dari 8 item seharga S$0,80 (Rp 10,451), dua item seharga S$1 (Rp 13,064) , dan kwe tiau seharga S$1 (Rp 13,064).

Total pesanan pelanggan pun menjadi S$9,40 atau sekitar Rp 122,801. Sedangkan tauge seharga S$0,20 (Rp 2,612) digratiskan.

Sayangnya artikel dengan isi ulasan buruk tersebut meninggalkan rasa pedih membekas pada pemilik warung. Bahkan salah satunya menangis melihat ulasan pelanggan tersebut.

Dalam sebuah wawancara dengan Shin Min Daily News, salah satu pemilik Lu Meiwen mengaku banyak makanan yang ia jual dibuat handmade (buatan sendiri). Warungnya juga suka menawarkan menu inovatif untuk memberikan pengalaman unik ke pelanggan, misalnya dengan menambah keju ke daging.

Sembari menangis pemilik warung itu mengungkap upayanya selama 10 tahun menjalankan warung makan dan menyediakan layanan baik terasa sia-sia.

“Selama beberapa generasi, keluarga saya telah mencari nafkah dengan jujur melayani masyarakat melalui Hakka Yong Tau Foo yang dibuat dengan buatan tangan. Ibu saya sekarang berusia 80 tahun. Dia bekerja sampai usia 70-an sebelum dia bisa pensiun,” ujar Lu.

Atas kejadian ini, pemilik warung mengaku tidak meminta simpati. Warung Hup Chong hanya berharap pelanggan atau masyarakat lain tahu betapa sulitnya mereka bertahan dengan kondisi seperti sekarang.

“Terima kasih kepada semua orang yang telah mendukung kami selama bertahun-tahun. Kebaikan Anda lebih berarti bagi kami daripada yang mungkin Anda sadari,” tulisnya.

Warung yong tau foo Hup Chong pun dikabarkan akan tutup pada Januari 2026.

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi