Meski cabangnya ada di mana-mana dan sudah mendunia, siapa sangka di beberapa negara ini tidak ada gerai KFC. Kenapa ya?
Kentucky Fried Chicken atau KFC merupakan jaringan restoran cepat saji asal Amerika Serikat yang identik dengan menu ayam goreng berbumbu khas.
Merek ini didirikan oleh Harland Sanders pada 1952 di Kentucky dan berkembang pesat berkat sistem waralaba. Dalam beberapa dekade, KFC menjelma menjadi salah satu restoran cepat saji terbesar di dunia dengan puluhan ribu gerai di lebih dari 150 negara.
Namun, ekspansi global tersebut tidak berlangsung merata. Hingga kini, masih ada sejumlah negara yang belum atau tidak lagi memiliki gerai KFC. Penyebabnya beragam, mulai dari faktor ideologi politik, kebijakan pemerintah, hingga tantangan ekonomi dan infrastruktur.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut 5 negara yang tidak memiliki KFC.
1. Korea Utara
Korea Utara menjadi salah satu negara yang tidak memiliki gerai KFC karena sistem politiknya yang menolak kapitalisme Barat. Pemerintah Pyongyang memegang teguh ideologi Juche, sehingga kehadiran merek cepat saji asal Amerika Serikat dinilai bertentangan dengan prinsip negara.
Meski begitu, minat masyarakat terhadap ayam goreng ala Barat tetap ada. Warga Korea Utara yang bepergian ke luar negeri, khususnya melalui China, kerap membeli KFC di bandara untuk dibawa pulang.
Di dalam negeri, pemerintah mendukung restoran lokal seperti Samtaesong yang menyajikan ayam goreng, burger, dan kentang goreng dengan gaya serupa.
2. Bhutan
Bhutan tidak memiliki gerai KFC karena kebijakan pemerintah yang secara aktif membatasi masuknya jaringan makanan cepat saji global. Negara ini lebih mengutamakan kebahagiaan nasional dibandingkan pertumbuhan konsumsi, serta menjaga nilai budaya dan agama Buddha yang kuat.
Prinsip tersebut mendorong pembatasan industri yang bergantung pada pemrosesan massal dan penyembelihan hewan dalam jumlah besar. Bhutan juga memprioritaskan pangan lokal dan pertanian organik, sehingga makanan cepat saji dianggap tidak sejalan dengan visi tersebut.
Sebagai gantinya, masyarakat dan wisatawan disuguhi hidangan tradisional Bhutan seperti ema datshi serta aneka masakan lokal berbahan segar yang menjadi bagian dari identitas kuliner nasional Bhutan.
3. Laos
Meski diapit negara-negara dengan banyak gerai KFC seperti Thailand dan Vietnam, Laos hingga kini belum menjadi tujuan ekspansi jaringan tersebut. Faktor utama penyebabnya adalah ukuran pasar yang relatif kecil dan daya beli masyarakat yang masih terbatas.
Selain itu makanan lokal Laos yang murah, mudah diakses, dan kaya rasa membuat restoran cepat saji internasional sulit bersaing. Tantangan logistik dan rantai pasok juga menjadi pertimbangan penting bagi perusahaan global yang membutuhkan standar kualitas tinggi dan pasokan stabil.
Di Laos, warung makan tradisional tetap menjadi pilihan utama masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
4. Fiji
Fiji sebenarnya pernah memiliki gerai KFC, namun seluruh operasionalnya berhenti pada 2011. Penutupan tersebut dipicu sengketa antara KFC dan pemerintah Fiji terkait pembatasan impor bahan baku penting, termasuk campuran bumbu rahasia serta bahan olahan susu dan telur.
KFC menyatakan pembatasan tersebut menurunkan kualitas produk dan berdampak pada penjualan. Sebaliknya, pemerintah Fiji menilai alasan tersebut menutupi masalah keuangan dan tingginya biaya operasional.
Perbedaan pandangan ini berujung pada hengkangnya KFC dari pasar Fiji, meski negara tersebut masih memiliki jaringan cepat saji lain seperti McDonald’s dan Burger King.
5. Liberia
Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.
Terakhir ada negara Liberia di Afrika Barat yang juga belum menjadi rumah bagi KFC, meskipun memiliki hubungan historis yang dekat dengan Amerika Serikat. Ketiadaan ini lebih disebabkan oleh tantangan struktural dalam lingkungan bisnis lokal.
Stabilitas politik dan ekonomi, kualitas infrastruktur, serta kemampuan menjaga rantai pasok yang konsisten menjadi pertimbangan utama bagi merek global untuk membuka restoran mereka dis ana.
Selain itu penyediaan bahan baku ayam dan kentang yang memenuhi standar internasional secara berkelanjutan masih menjadi kendala.
Di sisi lain, kehadiran usaha lokal seperti Monroe Chicken sudah lebih dulu memenuhi selera masyarakat, sehingga pasar di Liberia dinilai belum cukup menarik bagi ekspansi KFC.





3. Laos
Meski diapit negara-negara dengan banyak gerai KFC seperti Thailand dan Vietnam, Laos hingga kini belum menjadi tujuan ekspansi jaringan tersebut. Faktor utama penyebabnya adalah ukuran pasar yang relatif kecil dan daya beli masyarakat yang masih terbatas.
Selain itu makanan lokal Laos yang murah, mudah diakses, dan kaya rasa membuat restoran cepat saji internasional sulit bersaing. Tantangan logistik dan rantai pasok juga menjadi pertimbangan penting bagi perusahaan global yang membutuhkan standar kualitas tinggi dan pasokan stabil.
Di Laos, warung makan tradisional tetap menjadi pilihan utama masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
4. Fiji
Fiji sebenarnya pernah memiliki gerai KFC, namun seluruh operasionalnya berhenti pada 2011. Penutupan tersebut dipicu sengketa antara KFC dan pemerintah Fiji terkait pembatasan impor bahan baku penting, termasuk campuran bumbu rahasia serta bahan olahan susu dan telur.
KFC menyatakan pembatasan tersebut menurunkan kualitas produk dan berdampak pada penjualan. Sebaliknya, pemerintah Fiji menilai alasan tersebut menutupi masalah keuangan dan tingginya biaya operasional.
Perbedaan pandangan ini berujung pada hengkangnya KFC dari pasar Fiji, meski negara tersebut masih memiliki jaringan cepat saji lain seperti McDonald’s dan Burger King.


5. Liberia
Terakhir ada negara Liberia di Afrika Barat yang juga belum menjadi rumah bagi KFC, meskipun memiliki hubungan historis yang dekat dengan Amerika Serikat. Ketiadaan ini lebih disebabkan oleh tantangan struktural dalam lingkungan bisnis lokal.
Stabilitas politik dan ekonomi, kualitas infrastruktur, serta kemampuan menjaga rantai pasok yang konsisten menjadi pertimbangan utama bagi merek global untuk membuka restoran mereka dis ana.
Selain itu penyediaan bahan baku ayam dan kentang yang memenuhi standar internasional secara berkelanjutan masih menjadi kendala.
Di sisi lain, kehadiran usaha lokal seperti Monroe Chicken sudah lebih dulu memenuhi selera masyarakat, sehingga pasar di Liberia dinilai belum cukup menarik bagi ekspansi KFC.





