Selama puluhan tahun, kawasan pasar Tsukiji di Tokyo identik dengan sajian sushi dan seafood segar. Namun kini wisatawan dilarang berkunjung saat musim liburan. Ini alasannya!
Larangan turis ke pasar Tsukiji muncul di tengah lonjakan wisatawan mancanegara yang datang ke sana. Momen ini bertepatan dengan tradisi belanja saat Tahun Baru di Jepang. Kondisi ini dinilai terlalu berat untuk ditangani secara bersamaan oleh penjual makanan dan pengelola pasar legendaris tersebut.
Pasar Tsukiji pernah menjadi rumah bagi pasar ikan grosir terbesar di dunia hingga 2018, sebelum aktivitas lelang ikan dipindahkan ke kawasan Toyosu. Meski demikian, daya tarik Pasar Tsukiji nyaris tidak berkurang. Bagian area lua pasar yang berisi restoran, kios makanan, dan pedagang ikan skala kecil tetap beroperasi dan justru semakin ramai dikunjungi wisatawan.
Popularitas inilah yang kini dipandang mulai menimbulkan persoalan baru, terutama selama bulan Desember, saat warga dari berbagai daerah di Jepang memadati Pasar Tsukiji untuk membeli bahan makanan berkualitas tinggi untuk merayakan Oshogatsu atau Tahun Baru.
Dewan Pengembangan Kota Pangan Tsukiji memasang pengumuman yang meminta pemandu wisata dan operator tur untuk tidak mengadakan tur di area pasar, termasuk tur kuliner, maupun kunjungan kelompok wisatawan skala besar selama Desember.
Dalam pengumuman tersebut disebutkan bahwa pasar Tsukiji berfungsi sebagai dapur bagi masyarakat Jepang yang ingin berbelanja kebutuhan Tahun Baru. Karena itu kepadatan berlebih dari turis asing dinilai berbahaya. Dewan juga menegaskan bahwa jika permintaan ini tidak dipatuhi, mereka dapat mempertimbangkan untuk menghubungi kepolisian.
Larangan ini tidak terlepas dari kondisi kawasan pasar Tsukiji yang memang tidak dirancang sebagai destinasi wisata massal. Jalan-jalannya sempit, trotoar terbatas, dan antrean restoran sering kali berada di jalur yang sama dengan kendaraan pengantar barang.
Ketika keramaian wisatawan bertemu dengan lonjakan pembeli musiman, risiko kepadatan ekstrem pun meningkat. Selain itu, kelompok tur wisatawan asing dinilai lebih berpotensi menghambat arus pasar dengan jumlah besar, karena kebanyakan wisatawan kerap berhenti mendadak untuk berfoto, atau mendengar penjelasan pemandu tur di tengah jalan umum.
Masahiro Terade, pemilik toko di Tsukiji sekaligus wakil ketua Dewan Pengembangan Kota Pangan Tsukiji, menegaskan bahwa imbauan tersebut bukan larangan total.
“Dari sudut pandang keselamatan, kami meminta pembatasan dini, tetapi kami sama sekali tidak mengatakan agar semua orang tidak datang ke Pasar Tsukiji,” ujarnya dalam sebuah wawancara. Situs resmi berbahasa Inggris pasar Tsukiji juga menekankan bahwa yang diminta menunda kunjungan adalah kegiatan wisata dan tur kelompok, bukan kunjungan individu.






