Kisah Kegagalan Pemilik Restoran Mentai-Ya: Bangkrut dan Rugi Rp 7 Miliar

Posted on

Sudah punya banyak cabang tak menjamin bisnis restoran dapat bertahan. Contohnya dialami pemilik Mentai-Ya dengan 9 cabang yang berakhir bangkrut, merugi Rp 7 miliar!

Berada dalam industri Food & Beverages (F&B) bukanlah perkara mudah. Hal ini diakui oleh Khoo Keat Hwee, pebisnis 38 tahun asal Singapura. Ia merupakan pemilik jaringan restoran Jepang, Mentai-Ya.

Mengutip Asia One (15/4/2025), Keat Hwee tadinya punya 9 cabang Mentai-Ya dan 2 kafe yang dikelolanya sendiri. Namun, kini tak ada yang tersisa dari unit bisnis kulinernya.

Sebelumnya, Keat Hwee mengumumkan kalau hanya bakal tersisa 3 gerai Mentai-Ya. Namun, pada 13 April 2025, ia mengabarkan kalau 3 gerai tersebut juga bakal tutup.

Dalam unggahan Instagram story, Keat Hwee menulis, “Kehilangan segalanya itu menyakitkan. Kegagalan ini bagaikan mimpi buruk, sangat menyakitkan.”

Ia juga sedih karena mengecewakan orang-orang di sekitar yang telah membantunya. “Tapi yang pasti saya akan bertahan, menghadapi konsekuensinya, dan pulih dari sini,” sambung Keat Hwee.

Sebelumnya, sejak Maret, Keat Hwee sudah mengisyaratkan kesulitan yang ia alami. Ia mengeluhkan harga sewa untuk bisnis F&B yang gila-gilaan di Singapura. Ia juga menyesal sudah mendaftarkan pajak barang dan jasa (GST), yang menyebabkan harga jual lebih tinggi.

Kepada Asia One, Keat Hwee menyampaikan bahwa gerai-gerai tersebut telah ditutup sejak minggu lalu. Ia bermaksud beristirahat sejenak untuk mengatur ulang, memulihkan diri, dan memulai kembali.

Keat Hwee mengaku telah berusaha terlalu keras untuk bisnisnya. Ia menyesal karena tidak melepaskan bisnisnya lebih awal, sehingga secara efektif memangkas kerugiannya. Menurutnya total kerugian mencapai sekitar $550.000 atau Rp 7 miliar dalam dua tahun.

Namun, ia menolak berkomentar tentang utangnya yang masih ada atau menanggapi laporan sebelumnya yang menyebutkan bahwa ia akan menghadapi kebangkrutan jika melepaskan bisnisnya sepenuhnya.

Dalam unggahan Instagram lainnnya, Keat Hwee mengisyaratkan langkah selanjutnya dalam dunia F&B. Ia berniat membantu teman-teman pebisnis kuliner lain agar tidak gagal seperti dirinya.

“Saya gagal, yang lain tidak perlu gagal,” tulisnya. Ia pun mempertimbangkan menjadi konsultan bagi para pebisnis kuliner yang sudah ada atau yang sedang merintis.

Sebelum membuka Mentai-Ya pada 2020, Keat Hwee membuka Tenryu Japanese Dining yang bertahan sejak 2015 hingga 2018.

Saat itu ia terlilit hutang $120.000 atau sekitar Rp 1,5 miliar ketika bisnisnya gagal. Keat Hwee kemudian bekerja sebagai pengemudi Grab untuk membayar hutang tersebut, sebelum memutuskan mencoba berbisnis lagi dengan membuka Mentai-Ya.

Mantan teknisi penjualan itu mengatakan dunia F&B adalah hasratnya. Meski sudah gagal lebih dari sekali, ia mengatakan belum bisa meninggalkan sepenuhnya.

“Saya rasa saya tidak akan memulai kembali bisnis F&B dalam beberapa tahun ke depan. Namun hidup dan jiwa saya adalah tentang F&B. Saya mencintai makanan, saya suka menyediakan makanan yang enak dan terjangkau bagi masyarakat,” katanya.

Keat Hwee pun mempertimbangkan saran dari pendukungnya untuk membuka bisnis rumahan di kemudian hari. Namun, saat ini masih berduka atas kehilangan bisnisnya.

“Ini menyakitkan bukan hanya karena kerugian finansial, tetapi juga secara emosional. Saya mencurahkan terlalu banyak hati dan jiwa ke dalam bisnis ini. Saya merasa telah mengecewakan semua orang di sekitar saya,” tutupnya.