Gegara Lotre Rp 12 Miliar, Pekerja Asuransi Jadi Penjual Babi Panggang

Posted on

Bak ketiban durian runtuh, ada pria menang lotre Rp 12 miliar. Keuntungannya diubah menjadi kedai babi panggang yang membuatnya keluar dari pekerjaannya.

Merasa tak nyaman pada pekerjaannya dan ingin sesuatu yang lebih menantang membuat sebagian orang nekat mencoba profesi lain. Tidak sedikit mereka yang meninggalkan pekerjaannya untuk memulai bisnis sendiri.

Tetapi berbeda dengan kisah pria bernama Ivan Leong. Melansir Digi24 (19/4) Leong meninggalkan pekerjaan bukan karena minatnya pada dunia kuliner atau ketidak betahan dalam menjalankan profesi sebelumnya.

Leong awalnya adalah pekerja asuransi di Singapura. Namun suatu hari ia menang undian lotre yang membawanya pada keuntungan hingga Rp 12 miliar pada tahun 2013.

“Jujur, Rp 12 miliar tidak akan pernah cukup, khususnya di Singapura,” kata Leong yang menyadari mahalnya biaya hidup di negaranya.

PAda 2018, Leong dan istrinya tertarik dengan pasar bisnis kuliner yang terlihat menjanjikan di Singapura. Menurutnya orang-orang yang memiliki bisnis kuliner di Singapura akan langsung menjadi bos dan setidaknya dapat hidup dengan cukup.

Setelah mengundurkan diri dari pekerjaan kantorannya, Leong langsung membuka dua kedai yang berlokasi di Woodlands dan Ang Mo Kio, Singapura. Ia dibantu istrinya menjajakan babi panggang dengan resep keluarga.

Ia yang awalnya bekerja di kantor dengan pakaian rapi, wangi, dan sepatu yang mengilap harus mengubah penampilannya. Kini Leong merasa nyaman dengan sekadar kaos yang digunakan selagi terasa nyaman saat melayani pelanggan.

Setiap hari Leong dan istrinya bekerja selama 11-12 jam sehari. Kedainya akan buka mulai pukul 7 pagi dan tutup sebelum jam 6 sore waktu setempat.

Mengelola bisnis di Singapura bukan hal yang mudah bagi Leong dan istrinya. Setiap hari pendapatan mereka dapat mencapai hingga Rp 38,5 juta yang harus kembali diputar untuk bahan baku hari esok dan beberapa kebutuhan biaya produksi.

Walaupun baginya lebih nyaman dan menyenangkan tetapi ada bayang-bayang ketakutan dari Leong. Melihat persaingan bisnis kuliner yang semakin sengit serta berbagai harga pangan yang terus melonjak membuat Leong selalu merasa takut bangkrut untuk bisnis yang dikelolanya.