Belum Banyak yang Tahu, 5 Makanan Ini Punya Sejarah hingga Tampilan Seram

Posted on

Berbeda dengan makanan modern dan kekinian, beberapa makanan ini punya tampilan hingga sejarah yang cukup menyeramkan. Mulai dari ayam hitam hingga cabai pedas.

Beberapa hidangan berasal dari tradisi kuno yang berkaitan dengan ritual kematian, sementara yang lain menyimpan jejak budaya masa lampau yang berkaitan dengan persembahan.

Ada pula makanan yang populer hingga saat ini, meski awal kemunculannya berhubungan dengan praktik yang kini dianggap ekstrem.

Dilansir dari Pakxculinaira (25/11/2025), berikut 5 makanan enak tapi sering dianggap menyeramkan karena tampilan hingga sejarahnya.

1. Wu Gu Ji: Ayam Hitam Khas China yang Unik

Di balik kisah perjalanan Marco Polo, terdapat satu catatan menarik tentang kunjungannya ke Guangxi, China pada abad ke-13. Ia menjumpai ayam berbulu menyerupai kulit kucing. Hewan itu dikenal sebagai Wu Gu Ji, ayam berkaki lima yang seluruh bagiannyaberwarna hitam, mulai dari kulit, daging, hingga tulang.

Meski penampilannya menyeramkan, orang China menganggap ayam hitam ini sebagai hidangan bergizi dan bahkan jadi makanan herbal untuk pengobatan.

Penampilan ayam ini memang mirip seperti hidangan di film horor, tampilan gelap pekat kontras dengan rasa daging ayam gurih yang familiar. Butuh keberanian untuk menikmati daging hitam sepekat tinta ini, tetapi begitu dicoba kelezatannya sulit dilupakan.

2. Pozole: Jejak Pengorbanan Manusia dalam Semangkuk Sup

Pozole kini dikenal sebagai sup jagung khas Meksiko yang hangat dan mengenyangkan. Namun di balik aromanya yang menggugah, tersimpan sejarah kelam dunia Aztec. Pada masa lalu, jagung bukan hanya makanan, melainkan lambang kehidupan.

Ketika ritual pengorbanan manusia dilakukan, daging korban dipotong dan direbus bersama jagung posolli, melambangkan kembalinya manusia kepada asalnya. Seiring berlalunya zaman, praktik itu menghilang dan daging manusia digantikan daging babi yang punya tekstur mirip.

Kini pozole disajikan kapan saja, sarat cita rasa cabai dan jagung nixtamal yang lembut. Nikmat adanya, namun bayang-bayang masa lalunya menghadirkan sensasi ngeri dari masa lampau.

Kekayaan tradisi Mesoamerika berpadu dengan pengaruh Agama Katolik dalam peringatan Dia de los Muertos. Dari sinilah lahir tamales de muerto, kuliner dari Meksio yang tak sekadar makanan, tetapi simbol tubuh manusia dalam kematian.

Dibuat dari jagung hitam, diisi daging babi berwarna merah atau achiote, dan dibungkus kulit jagung layaknya membungkus tubuh jenazah. Tamales menampilkan metafora yang kuat tentang tubuh, darah, dan perjalanan menuju alam baka.

Legenda Huastec bahkan menyebutkan dahulu abu manusia dicampurkan ke dalam adonan tamales. Kini praktik tersebut jelas tidak lagi dilakukan, tetapi makna filosofisnya tetap hidup. Hidangan ini tetap kental hubungannya dengan perayaan kematian.

4. Ghost Pepper: Pedas Mistis dalam Mitologi Hindu

Nama cabai Ghost Pepper bukan sekadar julukan. Dalam mitologi Hindu, makhluk setengah manusia setengah ular bernama Nāga diyakini membawa kekuatan dahsyat dan bisa mendatangkan malapetaka. Di Bhutan dan India, cabai ini dinamai Naga Jolokia, merujuk pada racun yang seolah mewakili sengatan makhluk mitologis tersebut.

Meski cabai ini tidak benar-benar beracun, kepedasannya yang ekstrem mampu membuat orang yang menyantapnya merasa seperti digigit naga. Rasa panas menjalar, menyesakkan, bahkan memicu reaksi tubuh yang intens efek dari makan cabai ini.

Bahkan Ghost Pepper Pernah menjadi cabai terpedas di dunia sebelum dikalahkan Carolina Reaper.

5. Ossi di Morti: Kue Tulang untuk Menyapa Arwah

Di Italia, khususnya di kota Sisilia, perayaan Hari Arwah (All Souls’ Day)pada 2 November ditandai dengan tradisi membuat ossi di morti, kue keras berbentuk tulang.

Teksturnya renyah dan warnanya putih pucat menyerupai tulang yang memutih, menjadi simbol penghormatan bagi para leluhur yang sudah tiada. Tradisi ini sudah ada sejak abad ke-10 dan diyakini sebagai cara keluarga menjaga kedekatan dengan arwah melalui makanan manis.

Anak-anak menerima hadiah berupa mainan, marzipan, dan kue tulang sebagai kiriman dari para mendiang, sebuah kebiasaan yang disebut Morticini.

Di berbagai daerah Italia, resepnya berbeda-beda ada yang menambahkan almond utuh, kismis, atau kacang pinus. Rasanya sederhana, tapi nilai spiritualnya mendalam bagi orang Italia.

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Kekayaan tradisi Mesoamerika berpadu dengan pengaruh Agama Katolik dalam peringatan Dia de los Muertos. Dari sinilah lahir tamales de muerto, kuliner dari Meksio yang tak sekadar makanan, tetapi simbol tubuh manusia dalam kematian.

Dibuat dari jagung hitam, diisi daging babi berwarna merah atau achiote, dan dibungkus kulit jagung layaknya membungkus tubuh jenazah. Tamales menampilkan metafora yang kuat tentang tubuh, darah, dan perjalanan menuju alam baka.

Legenda Huastec bahkan menyebutkan dahulu abu manusia dicampurkan ke dalam adonan tamales. Kini praktik tersebut jelas tidak lagi dilakukan, tetapi makna filosofisnya tetap hidup. Hidangan ini tetap kental hubungannya dengan perayaan kematian.

4. Ghost Pepper: Pedas Mistis dalam Mitologi Hindu

Nama cabai Ghost Pepper bukan sekadar julukan. Dalam mitologi Hindu, makhluk setengah manusia setengah ular bernama Nāga diyakini membawa kekuatan dahsyat dan bisa mendatangkan malapetaka. Di Bhutan dan India, cabai ini dinamai Naga Jolokia, merujuk pada racun yang seolah mewakili sengatan makhluk mitologis tersebut.

Meski cabai ini tidak benar-benar beracun, kepedasannya yang ekstrem mampu membuat orang yang menyantapnya merasa seperti digigit naga. Rasa panas menjalar, menyesakkan, bahkan memicu reaksi tubuh yang intens efek dari makan cabai ini.

Bahkan Ghost Pepper Pernah menjadi cabai terpedas di dunia sebelum dikalahkan Carolina Reaper.

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

5. Ossi di Morti: Kue Tulang untuk Menyapa Arwah

Di Italia, khususnya di kota Sisilia, perayaan Hari Arwah (All Souls’ Day)pada 2 November ditandai dengan tradisi membuat ossi di morti, kue keras berbentuk tulang.

Teksturnya renyah dan warnanya putih pucat menyerupai tulang yang memutih, menjadi simbol penghormatan bagi para leluhur yang sudah tiada. Tradisi ini sudah ada sejak abad ke-10 dan diyakini sebagai cara keluarga menjaga kedekatan dengan arwah melalui makanan manis.

Anak-anak menerima hadiah berupa mainan, marzipan, dan kue tulang sebagai kiriman dari para mendiang, sebuah kebiasaan yang disebut Morticini.

Di berbagai daerah Italia, resepnya berbeda-beda ada yang menambahkan almond utuh, kismis, atau kacang pinus. Rasanya sederhana, tapi nilai spiritualnya mendalam bagi orang Italia.

Gambar ilustrasi