Psikologi mengungkap sifat positif dari orang yang selalu mencuci piring setelah makan. Dari disiplin hingga rendah hati. Ini faktanya.
Siapa sangka kebiasaan sesederhana mencuci piring ada artinya. Apalagi jika dilakukan tepat setelah makan sampai-sampai dilirik oleh psikolog.
Ada kepribadian istimewa yang tergambar dari mereka yang selalu mencuci piring setelah makan. Menurut psikologi, orang yang tak menunda-menunda mencuci piring memiliki karakteristik tertentu yang layak diapresiasi.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
Selain disiplin, ada juga makna-makna tertentu dari sudut pandang psikologi. Dari sebagian karakteristik yang diungkapkan, apakah kamu salah satunya?
Sebagian orang merasa tak nyaman jika belum menuntaskan kewajibannya. Salah satunya mencuci piring setelah makan dan meninggalkan dapur dalam keadaan bersih.
Psikolog menyebut hal ini terkait dengan efek Zeigarnik. Dengan menuntaskan tugas kecil seperti mencuci piring segera, mereka mendapat kelegaan mental atau rasa tenang.
Membersihkan piring juga bermakna pelakunya menghargai sekitarnya. Tempat cuci piring bisa diartikan sebagai ruang bersama yang harus dijaga oleh seluruh penghuni rumah.
Mereka tidak membiarkan tugas itu menumpuk. Apalagi sampai harus diselesaikan dan mengganggu orang lain.
Mencuci piring setelah makan bukan sebuah keputusan. Seseorang akan terbiasa melakukan hal tersebut karena sudah menjadi rutinitas yang dijalaninya sehari-hari.
Orang-orang yang berpegang teguh pada rutinitas sederhana juga menggambarkan sosok yang patuh akan aturan. Karakter seperti ini juga dianggap psikolog dapat membebaskan energi mental untuk hal-hal penting.
Bersantai setelah makan terasa nyaman, apalagi setelah kekenyangan. Namun, bagi mereka yang disiplin dengan kebiasaan mencuci piring setelah makan ini takkan menyenangkan.
Mereka akan menerapkan disiplin yang tinggi pada rutinitasnya. Karena itu bukan hal yang sulit untuk menahan keinginan sesaat demi rasa lega yang timbul setelah mencuci piring.
Praktik mindful atau penuh kebijaksanaan tidak hanya pada saat makan (mindful eating). Melakukan rutinitas dengan merasakan dan menghayati setiap prosesnya juga termasuk praktik mindful.
Ahli psikolog, dalam pengamatannya menyebut ada proses meresapi sensasi air, suara sabun, dan ritme menyikat piring yang dirasa menenangkan bagi setiap orang. Karakter ini juga dianggap sosok yang menikmati setiap momen.
Rutinitas yang tidak dilakukan juga dapat menimbulkan stres. Bagi mereka yang terbiasa mencuci piring setelah makan kemudian melihat tumpukan piring kotor akan menjadi alasan stres.
Mereka akan langsung memilih menyelesaikan masalah (cuci piring) sebelum menjadi besar (menumpuk). Ini salah satu pendekatan proaktif yang ampuh untuk mendatangkan ketenangan.
Mencuci piring adalah tindakan sederhana, tak ada pujian khusus untuk hal tersebut. Namun ketika seseorang melakukannya dengan sukarela artinya mereka siap bertanggung jawab untuk kebaikan bersama.
Kebiasan ini juga menunjukkan kesiembangan antara kebutuhan pribadi dan tanggung jawab sosial. Mereka tidak egois, tetapi juga tidak mengorbankan diri sendiri.
Berikut 7 karakteristik orang yang mencuci piring setelah makan, dilansir dari Times of India:
1. Suka Melalukan Sesuatu sampai Tuntas
2. Menghargai Ruang Bersama
3. Berpegang pada Rutinitas
4. Disiplin yang Tinggi
5. Penikmat Setiap Momen
6. Piawai Mengelola Stres
7. Rendah Hati
Bersantai setelah makan terasa nyaman, apalagi setelah kekenyangan. Namun, bagi mereka yang disiplin dengan kebiasaan mencuci piring setelah makan ini takkan menyenangkan.
Mereka akan menerapkan disiplin yang tinggi pada rutinitasnya. Karena itu bukan hal yang sulit untuk menahan keinginan sesaat demi rasa lega yang timbul setelah mencuci piring.
Praktik mindful atau penuh kebijaksanaan tidak hanya pada saat makan (mindful eating). Melakukan rutinitas dengan merasakan dan menghayati setiap prosesnya juga termasuk praktik mindful.
Ahli psikolog, dalam pengamatannya menyebut ada proses meresapi sensasi air, suara sabun, dan ritme menyikat piring yang dirasa menenangkan bagi setiap orang. Karakter ini juga dianggap sosok yang menikmati setiap momen.
Rutinitas yang tidak dilakukan juga dapat menimbulkan stres. Bagi mereka yang terbiasa mencuci piring setelah makan kemudian melihat tumpukan piring kotor akan menjadi alasan stres.
Mereka akan langsung memilih menyelesaikan masalah (cuci piring) sebelum menjadi besar (menumpuk). Ini salah satu pendekatan proaktif yang ampuh untuk mendatangkan ketenangan.
Mencuci piring adalah tindakan sederhana, tak ada pujian khusus untuk hal tersebut. Namun ketika seseorang melakukannya dengan sukarela artinya mereka siap bertanggung jawab untuk kebaikan bersama.
Kebiasan ini juga menunjukkan kesiembangan antara kebutuhan pribadi dan tanggung jawab sosial. Mereka tidak egois, tetapi juga tidak mengorbankan diri sendiri.