Sudah berjualan sejak 55 tahun lalu, kios bakmi ini terlihat beda karena lokasinya di dalam lorong sempit. Meski begitu, kelezatan racikan bakminya tak perlu diragukan lagi.
Pasar Jatinegara kini menjadi salah satu pasar tertua di Jakarta. Pasar ini sudah ada sejak masa kolonial, dikenal sebagai Mester Passer yang berdiri tahun 1770.
Selain menjadi pusat jual beli kebutuhan sehari-hari, kawasan tua di Jakarta Timur ini juga terkenal sebagai destinasi kuliner legendaris yang sudah beroperasi selama puluhan tahun. Banyak di antaranya tersembunyi di gang-gang kecil sekitar pasar, tapi tetap menjadi buruan karena cita rasanya yang konsisten.
Salah satu kuliner legendaris yang bertahan hingga kini adalah Bakmi Lorong. Berupa kedai bakmi kecil di dalam Pasar Jatinegara yang sudah berjualan sejak 1970.
Lokasinya unik karena berada di dalam lorong sempit, dengan menu sederhana seperti bakmi ayam, bihun, dan kwetiau yang jadi favorit sejak dulu. Berikut fakta menarik Bakmi Lorong:
1. Sejarah Bakmi Lorong
Bakmi Lorong di Pasar Jatinegara merupakan salah satu kuliner legendaris yang ada sejak 1970-an. Nama ‘lorong’ muncul karena kedai ini memang berada di gang sempit dalam area pasar.
Meskipun tempatnya sederhana, Bakmi Lorong dikenal sebagai penyedia bakmi enak. Di sini memakai mie kecil halus, pilihan topping ayam asin atau kecap, jamur, serta pangsit, yang membuatnya digemari banyak pelanggan.
Menurut Sina, generasi kedua dari Bakmi Lorong, orang tuanya sejak awal sudah menempati lorong untuk berjualan. Sampai sekarang lokasi ini tidak berubah.
“Orang tua saya sejak dulu memang tinggal di dalam Pasar Jatinegara, di tahun 1970, mereka mulai jualan bakmi di lorong ini. Sekarang diteruskan sama saya. Di ujung lorong ini itu ada tiga rumah, salah satunya rumah saya. Bisa dibilang lorong ini itu bagian dari halaman rumah saya, jadi memang tempatnya punya sendiri,” ujar Sina ke infoFood (4/12).
2. Racikan Bakmi Chinese Klasik
Pada tahun 1970, belum banyak penjual makanan di dalam Pasar Jatinegara. Bakmi Lorong ini merupakan salah satu kios makanan tertua di sini, terutama yang menjual bakmi gaya China.
“Jadi dari dulu orang-orang yang belanja ke Pasar Jatinegara, kalau mau cari bakmi Chinese itu pasti ke sini. Karena dulu belum ada yang jualan bakmi Chinese selain di sini,” tutur Sina yang sejak usia 12 tahun sudah mulai membantu orangtuanya jualan bakmi.
Sina yang keturunan Tionghoa, memang memiliki pakemnya sendiri dalam meracik makanan di Bakmi Lorong. Untuk seporsi bakmi ayam, Sina menggunakan dua jenis daging ayam yaitu ayam asin dan ayam kecap agar rasanya lebih beragam.
“Selain pakai dua jenis ayam, di sini bakminya pakai tumisan jamur biar lebih umami. Kita pakai jamur jenis merang, jadi dengan harga Rp 30.000, pembeli sudah bisa makan bakmi ayam dengan topping yang melimpah,” tutur Sina.
3. Bakmi Ayam hingga Bihun Ayam yang Halal
Semua menu di sini dijamin halal, karena Sina hanya menggunakan topping daging ayam dan minyak ayam saja. Menu yang dijual pun hanya tiga jenis, yaitu Bakmi Ayam, Bihun Ayam dan Kwetiau Ayam dengan tambahan bakso dan pangsit rebus isi daging ayam. Kisaran harga seporsinya dari Rp 20.000 – Rp 30.000.
“Kalau mie dan bakso memang kita tidak buat sendiri, karena saya sudah tua dan tidak ada yang bantu. Tapi saya sudah punya langganan mie dan bakso, jadi rasanya konsisten,” tutur wanita kelahiran 1964 ini.
Masalah rasa, bakmi ayam di sini punya racikan yang pas. Paduan gurihnya minyak ayam dengan tambahan bumbu dan kehadiran dua topping ayam, membuat rasa bakminya jadi istimewa. Rasa gurih asin dari bakmi ini juga bikin nagih, tanpa tambahan sambal atau bumbu lainnya, bakmi ayam sudah enak.
“Untuk kwetiau sama bihun sebenarnya racikan bumbu dan toppingnya sama saja. Jadi kedua menu ini jadi alternatif bagi pembeli yang bosan makan bakmi,” lanjut Sina.
4. Naik Turun Bakmi Lorong
Lokasinya yang berada di dalam lorong sempit membuat tempat makan ini unik dan menarik perhatian banyak orang. Sina mengenang bahwa sebelum pandemi COVID-19, kios bakminya ini selalu penuh dan ramai oleh pembeli. Bahkan orang-orang harus antre untuk mendapatkan tempat duduk di dalam lorong.
“Keadaannya berbeda sekarang, Bakmi Lorong setelah COVID-19 itu jadi sepi. Dalam sehari biasanya saya hanya bisa menjual 30 porsi bakmi saja, kalau dulu bisa laku ratusan porsi,” tutur Sina.
Namun Sina tetap bersyukur karena kios bakminya ini bisa bertahan di tengah gempuran tempat makan bakmi yang kian menjamur. Ditambah belakangan ini Bakmi Lorong sering diulas food vlogger di media sosial, sehingga Sina memiliki banyak pelanggan baru yang makan di kiosnya.
Setiap harinya Bakmi Lorong buka dari jam 07.00 – 14.00, patokan lorongnya berada di dalam Jalan Pasar Timur Jatinegara. Oh ya, jika ingin makan di sini siapkan uang tunai, karena belum bisa metode pembayaran non-tunai.








3. Bakmi Ayam hingga Bihun Ayam yang Halal
Semua menu di sini dijamin halal, karena Sina hanya menggunakan topping daging ayam dan minyak ayam saja. Menu yang dijual pun hanya tiga jenis, yaitu Bakmi Ayam, Bihun Ayam dan Kwetiau Ayam dengan tambahan bakso dan pangsit rebus isi daging ayam. Kisaran harga seporsinya dari Rp 20.000 – Rp 30.000.
“Kalau mie dan bakso memang kita tidak buat sendiri, karena saya sudah tua dan tidak ada yang bantu. Tapi saya sudah punya langganan mie dan bakso, jadi rasanya konsisten,” tutur wanita kelahiran 1964 ini.
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
Masalah rasa, bakmi ayam di sini punya racikan yang pas. Paduan gurihnya minyak ayam dengan tambahan bumbu dan kehadiran dua topping ayam, membuat rasa bakminya jadi istimewa. Rasa gurih asin dari bakmi ini juga bikin nagih, tanpa tambahan sambal atau bumbu lainnya, bakmi ayam sudah enak.
“Untuk kwetiau sama bihun sebenarnya racikan bumbu dan toppingnya sama saja. Jadi kedua menu ini jadi alternatif bagi pembeli yang bosan makan bakmi,” lanjut Sina.
4. Naik Turun Bakmi Lorong
Lokasinya yang berada di dalam lorong sempit membuat tempat makan ini unik dan menarik perhatian banyak orang. Sina mengenang bahwa sebelum pandemi COVID-19, kios bakminya ini selalu penuh dan ramai oleh pembeli. Bahkan orang-orang harus antre untuk mendapatkan tempat duduk di dalam lorong.
“Keadaannya berbeda sekarang, Bakmi Lorong setelah COVID-19 itu jadi sepi. Dalam sehari biasanya saya hanya bisa menjual 30 porsi bakmi saja, kalau dulu bisa laku ratusan porsi,” tutur Sina.
Namun Sina tetap bersyukur karena kios bakminya ini bisa bertahan di tengah gempuran tempat makan bakmi yang kian menjamur. Ditambah belakangan ini Bakmi Lorong sering diulas food vlogger di media sosial, sehingga Sina memiliki banyak pelanggan baru yang makan di kiosnya.
Setiap harinya Bakmi Lorong buka dari jam 07.00 – 14.00, patokan lorongnya berada di dalam Jalan Pasar Timur Jatinegara. Oh ya, jika ingin makan di sini siapkan uang tunai, karena belum bisa metode pembayaran non-tunai.








