Mengulas ribuan restoran dan makanan selama 25 tahun lebih, kritikus makanan senior ini akhirnya pensiun dan mengungkap jati dirinya ke publik.
Setelah seperempat abad bersembunyi di balik berbagai penyamaran, Tom Sietsema, kritikus kuliner legendaris di The Washington Post akhirnya mengungkap jati dirinya ke publik.
Selama lebih dari 25 tahun,Tom dikenaldengan tulisan-tulisan tajam tentang makanan yang dicicipinya dan ulasan restorannya yang jujur. Tom pun menjadi sosok misterius yang ditakuti oleh banyak restoran di Amerika Serikat.
Kini ia resmi mengakhiri masa tugasnya sebagai kritikus kuliner dan restoran di The Washington Post. Tom akhirnya meninggalkan kehidupan yang selama ini dijalaninya dalam samaran.
Dilansir dari Wtop (10/10/2025), sejak mulai menulis dan mengulas restoran pada tahun 2000, Sietsema sudah menulis lebih dari 1.200 ulasan restoran. Rata-rata ia harus makan di sepuluh restoran berbeda setiap minggunya. Ia dikenal sangat menjaga identitas dirinya demi mendapatkan pengalaman makan yang autentik, bukan layanan istimewa yang diberikan restoran kepada figur terkenal.
Untuk itu, ia rela mengenakan berbagai penyamaran ekstrem, mulai dari wig, gigi palsu, hingga baju yang mengubah bentuk tubuhnya. Tak hanya penampilan saja, ia juga harus menggunakan kartu kredit dengan nama samaran saat makan di restoran yang akan diulasnya. Ia bahkan menghindari difoto bersama keluarga atau teman demi melindungi identitasnya.
Dalam kolom perpisahannya di The Washington Post, Sietsema mengakui menjaga idenitas rahasia kini hampir mustahil.
“Teknologi membuat segalanya lebih sulit. Pemilik restoran, chef, dan pelayan berpindah tempat dengan cepat dan mudah mengenali siapa pun yang pekerjaannya bisa memengaruhi mereka,” tulisnya.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
Meski demikian, kerahasiaan itu menjadi kunci keberhasilannya dalam menyajikan ulasan dan kritik jujur, baik berupa pujian maupun kritik pedas di setiap restoran yang dikunjunginya.
Kritikus yang dikenal perfeksionis ini tidak hanya menulis tentang restoran mewah, tapi juga menu fast food. Ia mengaku menikmati ayam goreng cepat saji dari restoran Popeye’s dan camilan Fritos dengan selai kacang sama seperti menikmati santapan kelas atas.
Namun reputasinya sebagai kritikus kuliner yang tajam membuat banyak pemilik restoran waspada setiap kali sosok misterius muncul di meja makan mereka.
Kini setelah mengakhiri masa tugasnya, Sietsema berencana istirahat. Ia ingin masak lebih sering, bepergian lebih jauh, dan tentu saja makan di restoran tanpa penyamaran menggunkan wig atau gigi palsu.
“Akan terasa aneh reservasi di restoran pakai nama sendiri tanpa perlu berhati-hati dengan ucapan,” tulisnya dengan nada lega.
Tom Sietsema bukan satu-satunya kritikus makanan legendaris yang ada di Amerika. Sebelumnya ada juga Fred Magel, kritikus makanan asal Ilinois, Amerika Serikat yang namanya tercatat di Guinness World Records. Selama lebih dari 50 puluh tahun, ia bersantap di lebih dari 46 ribu restoran yang ada di 60 negara.